Menggapai Lailatul Qadar
Ahmad Aditiya Pratama Sabtu, 23-3-2024 | - Dilihat: 70
Oleh: Ahmad Aditiya Pratama
Bulan suci Ramadhan adalah bulan yang ditunggu kehadirannya oleh umat Islam. Karena di dalam bulan tersebut miliki banyak keistimewaan dan kemuliaan. Setiap umat Islam diwajibkan untuk melaksankan ibadah puasa. Di bulan Ramadhan juga, Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW di gua Hira’. Selain itu malam yan ditunggu oleh umat Islam juga hadir di bulan suci Ramadhan ini, malam tersebut adalah Malam Lailatul Qadar.
Malam lailatul Qadar adalah malam kemuliaan. Karena pada malam itu para malaikat turun ke langit dunia yang dikomandani oleh malaikat Jibril dengan izin tuhannya. Beribadah di malam ini pahalanya lebih besar dari pada 1000 bulan atau kurang lebih 83,33 tahun. Hal ini bermakna bahwa pahala ibadah pada malam itu melebihi pahala ibadah sepanjang hayat. Dalil malam Lailatul Qadar ini terdapat dalam surah Al-Qadr:
إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ خَيۡرٞ مِّنۡ أَلۡفِ شَهۡرٖ تَنَزَّلُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ بِإِذۡنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمۡرٖ سَلَٰمٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطۡلَعِ ٱلۡفَجۡرِ
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan {1} Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu {2} Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan {3} Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan {4} Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar {5}
Setiap umat Islam pasti berharap dapat mengapai malam Lailatul Qadar ini, karena keistimewaan dan kemuliaan dalam malam tersebut. Namun perlu diingat bahwa untuk meraih lailatul qadar harus menghadirkan ikhtiar yang bersungguh-sungguh. Sebab hadis yang menerangkan tentang tanda-tanda malam Lailatul Qadar sebagian dinilai hadis mauquf dan \ dha’if. Adapun salah satu hadisnya yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi dari ibnu Abbas yang berbunyi:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلْقَةٌ لا حارَّةٌ وَلاَ بَارِدَةٌ تُصْبِحُ شَمْسُهَا صَبِيْحَهَا ضَعِيفَةٌ حَمْرَاءُ }رواه البيهقي{
Artinya: Dari Ibn 'Abbās RA bahwasannya Rasulullah saw bersabda mengenai Lailatu Qadar ialah malam yang nyaman dan bagus, tidak panas dan tidak dingin, pada pagi harinya matahari terbit merah dengan sinar lemah (HR al-Baihaqi).
Hadis ini dinilai dhaif karena dalam perawinya terdapat periwayat yang kurang kredibel, yaitu Zam’ah bin Salih dan Salamah bin Wahram. Oleh karena itu hadis ini tidak dapat dijadikan hujjah.
Akan tetapi terdapat hadis dalam kitab sahih muslim tentang tanda malam lailatul Qadar, adapun bunyi hadisnya dibawah ini
عَنْ زِرَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَيَّ بْنَ كَعْبٍ يَقُولُ وَقِيلَ لَهُ إِنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُ مَنْ قَامَ السَّنَةَ أَصَابَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَقَالَ أُبَيٌّ وَاللَّهِ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ إِنَّهَا لَفِي رَمَضَانَ يَحْلِفُ مَا يَسْتَثْنِي وَوَاللَّهِ إِنِّي لَأَعْلَمُ أَيُّ لَيْلَةٍ هِيَ هِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقِيَامِهَا هِيَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِي صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لَا شُعَاعَ لَهَا}رواه مسلم{
Artinya: Dari Zirr [diriwayatkan bahwa] ia berkata: Aku mendengar Ubayy Ibn Ka'b berkata saat menjawab pertanyaan orang tentang 'Abdullah Ibn Mas'ud yang mengatakan bahwa barang siapa yang beribadah malam selama satu tahun akan mendapatkan Lailatuq Qadar, lalu Ubayy Ibn Ka'b berkata: Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya Lailatul Qadar itu terjadi di bulan Ramadan - beliau bersumpah dengan pasti Demi Allah saya tahu malam seperti apa Lailatu Qadar itu, yaitu malam yang kami diperintahkan oleh Rasulullah saw untuk melakukan qiyam, yakni malam ke-27. Tandanya adalah matahari terbit di pagi harinya dalam keadaan putih tanpa sinar (HR Muslim: 179)
Terdapat hikmah kenapa malam lailatul qadar tidak dijelaskan secara rinci, yaitu agar setiap umat Islam selalu konsisten dan menjalan ibadah selama bulan Ramadhan, tidak hanya mengintai dalam beberapa malam saja, sehingga ibadah di malam-malam yang lainnya kurang maksimal.
Namun Rasulullah SAW mengajurkan bahwa malam Lailatul Qadar dapat diintai di malam sepuluh yanh terakhir bulan Ramadhan, sebagaimana yang tersebut di dalam hadis:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُجَاوِرُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضانَ وَيَقُولُ تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ [رواه البخاري].
Artinya : Dari Ä'isyah [diriwayatkan bahwa] ia berkata: Adalah Rasulullah saw beriktikaf pada sepuluh malam terakhir Ramadan, dan mengatakan: Intailah malam Lailatul Qadar itu pada sepuluh terakhir (bulan Ramadan) (HR al-Bukhārī)
Oleh karena itu, terdapat beberapa cara atau tips untuk meraih malam lailatur Qadar, Pertama, melaksanakan i’tikaf (ibadah berdiam diri di masjid) baik secara berjama’ah atau munfarid (sendiri); Kedua, menghidupakan malam-malam di bulan suci Ramadhan baik dengan melaksanakn sholat, memperbanyak dzikir atau do’a, dan tadarus al-Qur’an; Ketiga, memperbanyak sedekah dan mengahiri majelis/halaqah. Wallahu a’lam.
_____
Ahmad Aditiya Pratama, Founder sawa as-sabil & Thalabah PUTM
- Artikel Terpuler -
Menggapai Lailatul Qadar
Ahmad Aditiya Pratama Sabtu, 23-3-2024 | - Dilihat: 70
Oleh: Ahmad Aditiya Pratama
Bulan suci Ramadhan adalah bulan yang ditunggu kehadirannya oleh umat Islam. Karena di dalam bulan tersebut miliki banyak keistimewaan dan kemuliaan. Setiap umat Islam diwajibkan untuk melaksankan ibadah puasa. Di bulan Ramadhan juga, Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW di gua Hira’. Selain itu malam yan ditunggu oleh umat Islam juga hadir di bulan suci Ramadhan ini, malam tersebut adalah Malam Lailatul Qadar.
Malam lailatul Qadar adalah malam kemuliaan. Karena pada malam itu para malaikat turun ke langit dunia yang dikomandani oleh malaikat Jibril dengan izin tuhannya. Beribadah di malam ini pahalanya lebih besar dari pada 1000 bulan atau kurang lebih 83,33 tahun. Hal ini bermakna bahwa pahala ibadah pada malam itu melebihi pahala ibadah sepanjang hayat. Dalil malam Lailatul Qadar ini terdapat dalam surah Al-Qadr:
إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ خَيۡرٞ مِّنۡ أَلۡفِ شَهۡرٖ تَنَزَّلُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ بِإِذۡنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمۡرٖ سَلَٰمٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطۡلَعِ ٱلۡفَجۡرِ
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan {1} Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu {2} Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan {3} Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan {4} Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar {5}
Setiap umat Islam pasti berharap dapat mengapai malam Lailatul Qadar ini, karena keistimewaan dan kemuliaan dalam malam tersebut. Namun perlu diingat bahwa untuk meraih lailatul qadar harus menghadirkan ikhtiar yang bersungguh-sungguh. Sebab hadis yang menerangkan tentang tanda-tanda malam Lailatul Qadar sebagian dinilai hadis mauquf dan \ dha’if. Adapun salah satu hadisnya yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi dari ibnu Abbas yang berbunyi:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلْقَةٌ لا حارَّةٌ وَلاَ بَارِدَةٌ تُصْبِحُ شَمْسُهَا صَبِيْحَهَا ضَعِيفَةٌ حَمْرَاءُ }رواه البيهقي{
Artinya: Dari Ibn 'Abbās RA bahwasannya Rasulullah saw bersabda mengenai Lailatu Qadar ialah malam yang nyaman dan bagus, tidak panas dan tidak dingin, pada pagi harinya matahari terbit merah dengan sinar lemah (HR al-Baihaqi).
Hadis ini dinilai dhaif karena dalam perawinya terdapat periwayat yang kurang kredibel, yaitu Zam’ah bin Salih dan Salamah bin Wahram. Oleh karena itu hadis ini tidak dapat dijadikan hujjah.
Akan tetapi terdapat hadis dalam kitab sahih muslim tentang tanda malam lailatul Qadar, adapun bunyi hadisnya dibawah ini
عَنْ زِرَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَيَّ بْنَ كَعْبٍ يَقُولُ وَقِيلَ لَهُ إِنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُ مَنْ قَامَ السَّنَةَ أَصَابَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَقَالَ أُبَيٌّ وَاللَّهِ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ إِنَّهَا لَفِي رَمَضَانَ يَحْلِفُ مَا يَسْتَثْنِي وَوَاللَّهِ إِنِّي لَأَعْلَمُ أَيُّ لَيْلَةٍ هِيَ هِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقِيَامِهَا هِيَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِي صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لَا شُعَاعَ لَهَا}رواه مسلم{
Artinya: Dari Zirr [diriwayatkan bahwa] ia berkata: Aku mendengar Ubayy Ibn Ka'b berkata saat menjawab pertanyaan orang tentang 'Abdullah Ibn Mas'ud yang mengatakan bahwa barang siapa yang beribadah malam selama satu tahun akan mendapatkan Lailatuq Qadar, lalu Ubayy Ibn Ka'b berkata: Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya Lailatul Qadar itu terjadi di bulan Ramadan - beliau bersumpah dengan pasti Demi Allah saya tahu malam seperti apa Lailatu Qadar itu, yaitu malam yang kami diperintahkan oleh Rasulullah saw untuk melakukan qiyam, yakni malam ke-27. Tandanya adalah matahari terbit di pagi harinya dalam keadaan putih tanpa sinar (HR Muslim: 179)
Terdapat hikmah kenapa malam lailatul qadar tidak dijelaskan secara rinci, yaitu agar setiap umat Islam selalu konsisten dan menjalan ibadah selama bulan Ramadhan, tidak hanya mengintai dalam beberapa malam saja, sehingga ibadah di malam-malam yang lainnya kurang maksimal.
Namun Rasulullah SAW mengajurkan bahwa malam Lailatul Qadar dapat diintai di malam sepuluh yanh terakhir bulan Ramadhan, sebagaimana yang tersebut di dalam hadis:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُجَاوِرُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضانَ وَيَقُولُ تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ [رواه البخاري].
Artinya : Dari Ä'isyah [diriwayatkan bahwa] ia berkata: Adalah Rasulullah saw beriktikaf pada sepuluh malam terakhir Ramadan, dan mengatakan: Intailah malam Lailatul Qadar itu pada sepuluh terakhir (bulan Ramadan) (HR al-Bukhārī)
Oleh karena itu, terdapat beberapa cara atau tips untuk meraih malam lailatur Qadar, Pertama, melaksanakan i’tikaf (ibadah berdiam diri di masjid) baik secara berjama’ah atau munfarid (sendiri); Kedua, menghidupakan malam-malam di bulan suci Ramadhan baik dengan melaksanakn sholat, memperbanyak dzikir atau do’a, dan tadarus al-Qur’an; Ketiga, memperbanyak sedekah dan mengahiri majelis/halaqah. Wallahu a’lam.
_____
Ahmad Aditiya Pratama, Founder sawa as-sabil & Thalabah PUTM
0 Komentar
Tinggalkan Pesan