• Berita
  • Pandangan
  • Inspirasi
  • Kajian
  • Perkaderan
  • Sastra
  • Khutbah
  • Resensi
  • Kirim Tulisan
  • Berita
  • Pandangan
  • Inspirasi
  • Kajian
  • Perkaderan
  • Sastra
  • Khutbah
  • Resensi
  • Kirim Tulisan
  • Donasi? Klik disini

Masih Pentingkah Filsafat?

Ramadhanur Putra Sabtu, 15-1-2022 | - Dilihat: 179

banner

Oleh: Ramadhanur Putra

Tulisan ini adalah materi yang penulis sampaikan pada diskusi series 2 Sekolah Pemikira Islam PK IMM FAI UMY. Tulisan ini ditujukan untuk menumbuhkan keinginan dari Mahasiswa untuk menyelami dunia ke-filsafatan di masa kini, terkhusus untuk Mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang berbasis ideologi.

Selain dari pada itu, tulisan ini perlu dimaknai dengan objektif bahwa penulis sendiri juga memiliki keterbatasan dalam dunia kefilsafatan. Sehingga, tak ayal rasanya jika kemudian dalam tulisan ini terdapat kekurangan.

Namun, yang menjadi poin penting setelah itu, bahwa kita bersama punya tanggung jawab pribadi untuk membangun kesadaran kolektif dalam mempelajari filsafat. Pada akhirnya, kita mampu untuk menutup kekurangan itu dengan berdialog dan saling menutupi kekurangan.

Relevansi Filsafat Masa Kini

Pada hari ini, kita hidup di zaman modern yang penuh dengan kemajuan. Pembangunan infrastruktur, perkembangan ekonomi, dinamika keagamaan, teknologi mutakhir dan hal-hal yang tidak pernah kita fikirkan sebelumnya.

Masa kini yang kemudian kita sebut dengan masa modern harus dipertanyakan kembali. Kita perlu lagi mempertimbangkan apakah benar-benar saat ini kita berada di sebuah zaman yang maju? Atau bahkan makin terbelakang?

Pembangunan infrastruktur misalnya, tidakkah kita lihat banyak sekali kontroversial proyek-proyek pembangunan? Tidakkah kita melihat bahwa begitu banyak masyarakat yang harus kehilangan rumahnya karena di gusur? Tidakkah kita lihat banyak tanah-tanah yang terpaksa dijual murah untuk pembangunan tol? Tidakkah kita melihat orang-orang yang tidak setuju dengan pembangungan itu yang kemudian mengakhiri hidupnya dengan kematian tragis? Atau hilang yang kita tidak pernah tau dimana rimbanya?

Masa kini yang penuh dengan halusinasi kemajuan itu kembali lagi harus kita pertanyakan secara kritis, radikal, dan konprehensif. Nah, bagaimanakah cara kita menanyakannya? Bagaimanakah cara kita bisa melihat lebih dalam kemajuan ini?

Maka, disanalah filsafat sangat relevan pada hari ini. Dan filsafat tidak akan pernah menjadi kuno meskipun sudah ada sejak zaman dahulu. Memang kenapa sih filsafat menjadi penting dan relevan pada masa kini?

Apa Itu Filsafat?

Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa filsafat adalah Mother of Science (Induk Ilmu Pengetahuan) yang secara konseptual membahas tiga pokok uatama. Pertama, Ontologi (ilmu tentang hakikat sesuatu). Kedua, Epistimologi (imu tentang sumber pengetahuan atau cara memperoleh pengetahuan). Dan Terakhir, Aksiologi (kegunaan pengetahuan itu).

Secara bahasa, filsafat berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata. Pertama, Philo (cinta), dan kedua Shopia (bijaksana). Maka secara defenitif dapat kita maknai bahwa filsafat adalah mencintai kebijaksanaan. Atau dalam pemaknaan yang lebih dalam, penulis berasumsi bahwa filsafat adalah aktifitas-aktifitas mencari kebijaksanaan dalam memandang suatu realitas kehidupan.

Dalam terminologi islam, kita sudah sering mendengar kata bathil  (kesalahan, sia-sia, kemungkaran, dan kejahatan) dan juga dholim (menindas,menganiaya, berbuat sewenang-wenang, meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya). Nah, upaya mencari kebijaksanaan dalam filsafat bisa dikatakan dengan upaya untuk meninggalkan kezaliman. Sedangkan kebenaran (al-haq) kemudian lawan kata dari batil adalah hal-hal yang dilahirkan dari sifat bijaksana.

Maka secara sederhana, kita bisa mencatat bahwa filsafat adalah aktifitas-aktifitas mecari kebijaksanaan dalam melihat realita kehidupan. Sebagai sebuah upaya mencari kebijaksanaan, filsafat melibatkan anugerah terbesar yang dikaruniakan Allah Swt. kepada manusia, yaitu akal. Ketika akal terlibat dari aktitas filsafat, sudah tidak dapat dielakkan bahwa filsafat adalah aktifitas berfikir manusia dalam rangka mencari kebijaksanaan.

Filsafat dengan aktifitas berfikirnya yang melibatkan akal manusia tentu menjadi hal yang sedikit diminati oleh manusia, terkhusus pada zaman modern ini (masa kini). Kecanggihan tekhnologi dan segala kemajuan yang ada telah mengahantarkan kita pada watak-watak praktis, instant, dan menerima apa adanya tanpa ada pertimbangan akal sedikitpun.

Lebih dalam dari pada itu, filsafat dan kerumitan aktifitas berfikir yang sedikit diminati oleh manusia modern hari ini tidak hanya melahirkan kebijaksanaan dalam menghadapi realita kehidupan. Dalam kerangka metodenya, filsafat mampu menjadi pisau analisis untuk membongkar fenomema-fenomena yang terjadi. Atau lebih ringkasnya, filsafat mampu membentuk kerangka berfikir yang kritis untuk mengatasi problematika dalam masyarakat.

Filsafat Mengatasi Problematika Masyarakat?

Sebagaimana yang telah termaktub di atas, bahwa filsafat adalah aktifitas berfikir yang mampu untuk membongkar realitas yang ada. Hemat penulis, filsafat dapat membantu kita dalam membentu kerangka berfikir yang utuh. Filsafat sangat mengutakamakan fungsi akal, maka tak jarang juga ketika filsafat mengingkari wahyu. Namun, apakah itu menjadi ketakutan dalam diri kita untuk mempelajari filsafat? Tentu tidak.

Dalam agama, filsafat juga dapat dipakai sebagai kerangka berfikir dalam menerjemahkan agama untuk membaca realitas masyarakat. Terkhusus pada pembahasan humaniora, itu bukan berarti kita meninggalkan tafsir sebagai upaya dalam menjelaskan doktrin agama.

Tapi, filsafat berfungsi untuk mengurai itu dengan pandangan humanioranya, atau juga memberikan perspektif baru dalam menafsirkan al-quran. Setidaknya, filsafat juga mampu menjadi alat uji coba kaidah-kaidah agama secara rasionalistis. Meskipun, beberapa ajaran agama ada yang tidak bisa dirasionalkan.

Itulah kemudian pada masa kini di tengah kompleksitas masalah masyarakat, seorang muslim (khalifah fil ardh) juga harus mempelajari filsafat. Apalagi seorang mahasiswa yang bergabung dalam organisasi berbasis ideologi seperti IMM ini.

Filsafat perlu dipakai untuk menjadi pisau analisis dalam menerjemahkan ideologi tersebut untuk menjawab persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat. Ya, seperti pisau dan ilmu-ilmu lainnya. Filsafat bisa digunakan untuk kebaikan dan juga kemunkaran. Tapi, sungguh tak elok rasanya jika kita mempelajari ilmu hanya untuk nafsu-nafsu hewani belaka.

_____

Ramadhanur Putra, Anggota Bidang RPK PK IMM FAI UMY, Alumni Sekolah Pemikiran Islam 2021, Anggota Komunal Yogyakarta

Tags
0 Komentar

Tinggalkan Pesan

- Artikel Teropuler -

Nyala Muhammadiyah Hingga Akhir Hayat
Erik Tauvani Somae
Ahad, 29-5-2022
thumb
Saat Mata Buya Berkaca-kaca
Erik Tauvani Somae
Ahad, 19-12-2021
thumb
Kerja Sama Militer Indonesia dan Malaysia
Iqbal Suliansyah
Selasa, 27-12-2022
thumb
Percakapan Terakhir dengan Buya Syafii
Sidiq Wahyu Oktavianto
Sabtu, 28-5-2022
thumb
Buya Syafii, Kampung Halaman, dan Muhammadiyah
Erik Tauvani Somae
Senin, 16-5-2022
thumb
Kekerasan Seksual Menjadi Cambuk bagi Semua
Nizar Habibunnizar
Kamis, 6-1-2022
thumb
Pengalaman Seorang Anak Panah
Ahmad Syafii Maarif
Ahad, 21-11-2021
thumb
Cinta, Patah Hati, dan Jalaluddin Rumi
Muhammad Iqbal Kholidin
Ahad, 15-5-2022
thumb
Menjernihkan Kesalahpahaman Terhadap Buya Syafii Maarif
Robby Karman
Senin, 30-5-2022
thumb
Childfree dan Mengatur kelahiran dalam Islam
Nofra Khairon
Selasa, 18-1-2022
thumb
Kemenangan Muhammadiyah di Kandang Nahdlatul Ulama
Achmad Ainul Yaqin
Senin, 14-11-2022
thumb
BNPT dan Perang Melawan Terorisme
Iqbal Suliansyah
Selasa, 29-11-2022
thumb

Masih Pentingkah Filsafat?

Ramadhanur Putra Sabtu, 15-1-2022 | - Dilihat: 179

banner

Oleh: Ramadhanur Putra

Tulisan ini adalah materi yang penulis sampaikan pada diskusi series 2 Sekolah Pemikira Islam PK IMM FAI UMY. Tulisan ini ditujukan untuk menumbuhkan keinginan dari Mahasiswa untuk menyelami dunia ke-filsafatan di masa kini, terkhusus untuk Mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang berbasis ideologi.

Selain dari pada itu, tulisan ini perlu dimaknai dengan objektif bahwa penulis sendiri juga memiliki keterbatasan dalam dunia kefilsafatan. Sehingga, tak ayal rasanya jika kemudian dalam tulisan ini terdapat kekurangan.

Namun, yang menjadi poin penting setelah itu, bahwa kita bersama punya tanggung jawab pribadi untuk membangun kesadaran kolektif dalam mempelajari filsafat. Pada akhirnya, kita mampu untuk menutup kekurangan itu dengan berdialog dan saling menutupi kekurangan.

Relevansi Filsafat Masa Kini

Pada hari ini, kita hidup di zaman modern yang penuh dengan kemajuan. Pembangunan infrastruktur, perkembangan ekonomi, dinamika keagamaan, teknologi mutakhir dan hal-hal yang tidak pernah kita fikirkan sebelumnya.

Masa kini yang kemudian kita sebut dengan masa modern harus dipertanyakan kembali. Kita perlu lagi mempertimbangkan apakah benar-benar saat ini kita berada di sebuah zaman yang maju? Atau bahkan makin terbelakang?

Pembangunan infrastruktur misalnya, tidakkah kita lihat banyak sekali kontroversial proyek-proyek pembangunan? Tidakkah kita melihat bahwa begitu banyak masyarakat yang harus kehilangan rumahnya karena di gusur? Tidakkah kita lihat banyak tanah-tanah yang terpaksa dijual murah untuk pembangunan tol? Tidakkah kita melihat orang-orang yang tidak setuju dengan pembangungan itu yang kemudian mengakhiri hidupnya dengan kematian tragis? Atau hilang yang kita tidak pernah tau dimana rimbanya?

Masa kini yang penuh dengan halusinasi kemajuan itu kembali lagi harus kita pertanyakan secara kritis, radikal, dan konprehensif. Nah, bagaimanakah cara kita menanyakannya? Bagaimanakah cara kita bisa melihat lebih dalam kemajuan ini?

Maka, disanalah filsafat sangat relevan pada hari ini. Dan filsafat tidak akan pernah menjadi kuno meskipun sudah ada sejak zaman dahulu. Memang kenapa sih filsafat menjadi penting dan relevan pada masa kini?

Apa Itu Filsafat?

Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa filsafat adalah Mother of Science (Induk Ilmu Pengetahuan) yang secara konseptual membahas tiga pokok uatama. Pertama, Ontologi (ilmu tentang hakikat sesuatu). Kedua, Epistimologi (imu tentang sumber pengetahuan atau cara memperoleh pengetahuan). Dan Terakhir, Aksiologi (kegunaan pengetahuan itu).

Secara bahasa, filsafat berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata. Pertama, Philo (cinta), dan kedua Shopia (bijaksana). Maka secara defenitif dapat kita maknai bahwa filsafat adalah mencintai kebijaksanaan. Atau dalam pemaknaan yang lebih dalam, penulis berasumsi bahwa filsafat adalah aktifitas-aktifitas mencari kebijaksanaan dalam memandang suatu realitas kehidupan.

Dalam terminologi islam, kita sudah sering mendengar kata bathil  (kesalahan, sia-sia, kemungkaran, dan kejahatan) dan juga dholim (menindas,menganiaya, berbuat sewenang-wenang, meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya). Nah, upaya mencari kebijaksanaan dalam filsafat bisa dikatakan dengan upaya untuk meninggalkan kezaliman. Sedangkan kebenaran (al-haq) kemudian lawan kata dari batil adalah hal-hal yang dilahirkan dari sifat bijaksana.

Maka secara sederhana, kita bisa mencatat bahwa filsafat adalah aktifitas-aktifitas mecari kebijaksanaan dalam melihat realita kehidupan. Sebagai sebuah upaya mencari kebijaksanaan, filsafat melibatkan anugerah terbesar yang dikaruniakan Allah Swt. kepada manusia, yaitu akal. Ketika akal terlibat dari aktitas filsafat, sudah tidak dapat dielakkan bahwa filsafat adalah aktifitas berfikir manusia dalam rangka mencari kebijaksanaan.

Filsafat dengan aktifitas berfikirnya yang melibatkan akal manusia tentu menjadi hal yang sedikit diminati oleh manusia, terkhusus pada zaman modern ini (masa kini). Kecanggihan tekhnologi dan segala kemajuan yang ada telah mengahantarkan kita pada watak-watak praktis, instant, dan menerima apa adanya tanpa ada pertimbangan akal sedikitpun.

Lebih dalam dari pada itu, filsafat dan kerumitan aktifitas berfikir yang sedikit diminati oleh manusia modern hari ini tidak hanya melahirkan kebijaksanaan dalam menghadapi realita kehidupan. Dalam kerangka metodenya, filsafat mampu menjadi pisau analisis untuk membongkar fenomema-fenomena yang terjadi. Atau lebih ringkasnya, filsafat mampu membentuk kerangka berfikir yang kritis untuk mengatasi problematika dalam masyarakat.

Filsafat Mengatasi Problematika Masyarakat?

Sebagaimana yang telah termaktub di atas, bahwa filsafat adalah aktifitas berfikir yang mampu untuk membongkar realitas yang ada. Hemat penulis, filsafat dapat membantu kita dalam membentu kerangka berfikir yang utuh. Filsafat sangat mengutakamakan fungsi akal, maka tak jarang juga ketika filsafat mengingkari wahyu. Namun, apakah itu menjadi ketakutan dalam diri kita untuk mempelajari filsafat? Tentu tidak.

Dalam agama, filsafat juga dapat dipakai sebagai kerangka berfikir dalam menerjemahkan agama untuk membaca realitas masyarakat. Terkhusus pada pembahasan humaniora, itu bukan berarti kita meninggalkan tafsir sebagai upaya dalam menjelaskan doktrin agama.

Tapi, filsafat berfungsi untuk mengurai itu dengan pandangan humanioranya, atau juga memberikan perspektif baru dalam menafsirkan al-quran. Setidaknya, filsafat juga mampu menjadi alat uji coba kaidah-kaidah agama secara rasionalistis. Meskipun, beberapa ajaran agama ada yang tidak bisa dirasionalkan.

Itulah kemudian pada masa kini di tengah kompleksitas masalah masyarakat, seorang muslim (khalifah fil ardh) juga harus mempelajari filsafat. Apalagi seorang mahasiswa yang bergabung dalam organisasi berbasis ideologi seperti IMM ini.

Filsafat perlu dipakai untuk menjadi pisau analisis dalam menerjemahkan ideologi tersebut untuk menjawab persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat. Ya, seperti pisau dan ilmu-ilmu lainnya. Filsafat bisa digunakan untuk kebaikan dan juga kemunkaran. Tapi, sungguh tak elok rasanya jika kita mempelajari ilmu hanya untuk nafsu-nafsu hewani belaka.

_____

Ramadhanur Putra, Anggota Bidang RPK PK IMM FAI UMY, Alumni Sekolah Pemikiran Islam 2021, Anggota Komunal Yogyakarta

Tags
0 Komentar

Tinggalkan Pesan

Anakpanah.id adalah portal keislaman yang diresmikan di Yogyakarta pada 8 Agustus 2020 di bawah naungan Jaringan Anak Panah (JAP).
Ingin Donasi? Klik disini

Copyright © AnakPanah.ID All rights reserved.
Develop by KlonTech