Al-Qur’an Berbicara Tentang Orang-Orang Besar
Imam Suprayogo Selasa, 26-4-2022 | - Dilihat: 25

Oleh: Imam Suprayogo
Andaikan tidak ada kitab suci, di antaranya adalah Al-Qur’an, manusia tidak akan tahu sejarahnya. Manusia tidak tahu bahwa manusia pertama adalah Adam dan Hawa.
Manusia juga tidak tahu bagaimana awal-mula manusia diciptakan. Selain itu, manusia juga tidak akan pernah tahu makhluk-makhluk seperti malaikat dan jin. Informasi tentang kedua makhluk Tuhan itu hanya bisa diketahui lewat kitab suci.
Manusia juga tidak akan tahu bahwa bahan baku dari masing-masing makhluk Allah tersebut ternyata berbeda-beda. Manusia dibuat dari tanah, malaikat dibuat dari cahaya, serta jin dan iblis dibuat dari api.
Selain itu, manusia juga tidak akan tahu bahwa terdapat makhluk yang pekerjaannya hanya beribadah kepada Tuhan, dan begitu pula yang mengingkari titah-Nya, yaitu setan dan iblis. Sedangkan manusia sendiri ada di antara taat dan ingkar.
Khusus terkait manusia, dalam sejarahnya yang juga dapat diketahui dari Al-Qur’an, ada nama-nama besar yang selalu menjaga ketaatan pada Allah, yaitu para rasul, nabi, dan wali Allah. Sebaliknya, ada juga nama-nama besar, tetapi dipandang telah melakukan kejahatan di muka bumi, seperti Qabil, Fir’aun, Namrud, Abu Lahab, dan lain-lain.
Nama-nama rasul yang berjumlah 25 orang tersebut bernama Adam, Idris, Nuh, Hud, Saleh, Sulaiman, Yahya, Suaib, dan seterusnya, hingga Muhammad SAW.
Begitu pula, Al-Qur’an juga mendokumentasikan nama-nama besar lain yang lalu dikenal sebagai orang-orang saleh atau salehah, seperti Lukman Al-Hakim, Zulqarnain, Samiri, Khidir, Imran, Maryam, dan sebagainya.
Orang-orang dengan nama besar—dalam arti berpengaruh dalam kehidupan sosial secara luas dan bahkan dalam waktu yang sangat lama—dibicarakan dalam Al-Qur’an. Semua itu sebenarnya sebagai petunjuk bagi manusia, dan agar dijadikan pelajaran dalam menjalani kehidupan.
Bahwa dalam kehidupan ini ada orang-orang yang taat dan selalu mengajak kepada kebaikan, tetapi sebaliknya, ada pula orang-orang yang sombong, tidak tahu diri, dan selalu mengingkari kebenaran.
Sejarah manusia seperti itu tidak mungkin dapat digali dari catatan-catatan ilmiah, melainkan hanya bisa diperoleh dari kitab suci. Oleh karena itu, tanpa kitab suci, manusia tidak akan pernah memahami sejarahnya.
Bahkan, tanpa kitab suci, tidak akan pernah diketahui tentang apakah seseorang itu utusan Allah atau rasul. Ya, untuk memahami kehidupan ini secara benar, mustahil dapat dilakukan tanpa petunjuk kitab suci. Wallahu a’lam.
_____
Prof Imam Suprayogo, Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Periode 1997-2013
- Artikel Terpuler -
Al-Qur’an Berbicara Tentang Orang-Orang Besar
Imam Suprayogo Selasa, 26-4-2022 | - Dilihat: 25

Oleh: Imam Suprayogo
Andaikan tidak ada kitab suci, di antaranya adalah Al-Qur’an, manusia tidak akan tahu sejarahnya. Manusia tidak tahu bahwa manusia pertama adalah Adam dan Hawa.
Manusia juga tidak tahu bagaimana awal-mula manusia diciptakan. Selain itu, manusia juga tidak akan pernah tahu makhluk-makhluk seperti malaikat dan jin. Informasi tentang kedua makhluk Tuhan itu hanya bisa diketahui lewat kitab suci.
Manusia juga tidak akan tahu bahwa bahan baku dari masing-masing makhluk Allah tersebut ternyata berbeda-beda. Manusia dibuat dari tanah, malaikat dibuat dari cahaya, serta jin dan iblis dibuat dari api.
Selain itu, manusia juga tidak akan tahu bahwa terdapat makhluk yang pekerjaannya hanya beribadah kepada Tuhan, dan begitu pula yang mengingkari titah-Nya, yaitu setan dan iblis. Sedangkan manusia sendiri ada di antara taat dan ingkar.
Khusus terkait manusia, dalam sejarahnya yang juga dapat diketahui dari Al-Qur’an, ada nama-nama besar yang selalu menjaga ketaatan pada Allah, yaitu para rasul, nabi, dan wali Allah. Sebaliknya, ada juga nama-nama besar, tetapi dipandang telah melakukan kejahatan di muka bumi, seperti Qabil, Fir’aun, Namrud, Abu Lahab, dan lain-lain.
Nama-nama rasul yang berjumlah 25 orang tersebut bernama Adam, Idris, Nuh, Hud, Saleh, Sulaiman, Yahya, Suaib, dan seterusnya, hingga Muhammad SAW.
Begitu pula, Al-Qur’an juga mendokumentasikan nama-nama besar lain yang lalu dikenal sebagai orang-orang saleh atau salehah, seperti Lukman Al-Hakim, Zulqarnain, Samiri, Khidir, Imran, Maryam, dan sebagainya.
Orang-orang dengan nama besar—dalam arti berpengaruh dalam kehidupan sosial secara luas dan bahkan dalam waktu yang sangat lama—dibicarakan dalam Al-Qur’an. Semua itu sebenarnya sebagai petunjuk bagi manusia, dan agar dijadikan pelajaran dalam menjalani kehidupan.
Bahwa dalam kehidupan ini ada orang-orang yang taat dan selalu mengajak kepada kebaikan, tetapi sebaliknya, ada pula orang-orang yang sombong, tidak tahu diri, dan selalu mengingkari kebenaran.
Sejarah manusia seperti itu tidak mungkin dapat digali dari catatan-catatan ilmiah, melainkan hanya bisa diperoleh dari kitab suci. Oleh karena itu, tanpa kitab suci, manusia tidak akan pernah memahami sejarahnya.
Bahkan, tanpa kitab suci, tidak akan pernah diketahui tentang apakah seseorang itu utusan Allah atau rasul. Ya, untuk memahami kehidupan ini secara benar, mustahil dapat dilakukan tanpa petunjuk kitab suci. Wallahu a’lam.
_____
Prof Imam Suprayogo, Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Periode 1997-2013
0 Komentar
Tinggalkan Pesan