• Berita
  • Pandangan
  • Inspirasi
  • Kajian
  • Perkaderan
  • Sastra
  • Khutbah
  • Resensi
  • Kirim Tulisan
  • Berita
  • Pandangan
  • Inspirasi
  • Kajian
  • Perkaderan
  • Sastra
  • Khutbah
  • Resensi
  • Kirim Tulisan
  • Donasi? Klik disini

Aku, Islam, dan Ilmu Pengetahuan: Sebuah Refleksi Sejarah

Aulia Fathurrahman Darwis Kamis, 1-9-2022 | - Dilihat: 98

banner

Oleh: Aulia Fathurrahman Darwis

Kemahsyuran peradaban Islam dewasa ini sudah banyak diakui dan mendapat apresiasi yang layak oleh berbagai peneliti baik di timur maupun di dunia barat. Kemajuan yang sudah dicapai oleh dinasti muslim mulai dari Umayah, Abbasiyah, Fatimiyah dan Utsmaniyah sudah barang tentu menjadi sebuah memori kolektif umat Islam seluruh dunia sekaligus momen terindah.

Adapun beberapa kelompok mulai menggunakan romantisisme sejarah guna melegitimasi tindakan yang bertujuan mewujudkan sebuah bentuk dinasti yang sama persis dengan yang mereka pahami dan diyakini sebagai bentuk terbaik peradaban. 

Pada waktu yang bersamaan juga, menafikkan fakta bahwa banyak pula konflik dan tindakan yang tidak bisa dibenarkan terjadi pada masa tersebut yang juga turut andil sebagai dalang kemunduran. Sehingga sebagian umat Islam lainnya pun juga memiliki kebingungan dan mulai berandai-andai apa yang salah dengan kehidupan kita saat ini. Seperti apa sebenarnya arti sebuah kemajuan bagi umat Islam. Kesalahpahaman yang terjadi membuat umat Islam belum mampu untuk bisa menentukan dengan apa dan bagaimana cara untuk kembali berjaya. 

Dan mulai bertanya mengapa kita belum bisa melepaskan diri dari belenggu kemunduran peradaban kita yang terhegemoni peradaban barat yang tangguh dan modern?. Guna menjelaskan kebingungan yang melanda umat Islam dewasa ini, Ahmet T. Kuru, seorang guru besar ilmu politik dan direktur Center for Islamic and Arabic Studies di San Diego University, menerangkan dalam bukunya "Islam, Otoritarianisme, dan ketertinggalan”.

Kuru menjelaskan beberapa faktor yang berpengaruh pada peradaban Muslim yang semula begitu hebat, terutama dalam segi pengembangan keilmuan, bahkan dijadikan sebagai rujukan Barat. Pada akhirnya menemukan sebuah pencerahan yang hasilnya seperti yang kita lihat saat ini justru mengalami masa dekadensi dan kemunduruan dalam peradaban. Meskipun dibeberapa aspek kemajuan yang dimaksudkan seperti sudah diluar batas. 

Kuru pun juga menjelaskan tentang bagaimana peradaban umat Islam mulai mengalami fase kejayaannya dalam bidang ilmu pengetahuan. Kuru kemudian memberikan kesimpulan dari karya bukunya tersebut dengan pernyataan bahwa penyebab kemunduran yang disebabkan menjauhnya umat Islam dari budaya ilmu itu sendiri justru dimulai ketika terjadinya sebuah perselingkuhan antara para ilmuwan Muslim dan pemerintahan guna membuat sebuah kebijaksanaan dalam kehidupan sosial politik.

Dalam konteks ini adalah bagaimana para ilmuwan yang dibelenggu untuk melayani kebutuhan dinasti dalam melanggengkan posisi pemerintahan, sehingga mulai tersingkirnya kelas filsuf dan ilmuwan serta berdirinya lembaga negara yang korup dan otoriter yang disebabkan oleh aliansi ulama dan negara yang berusaha melindungi legitimasi, hegemoni, status quo, dan sumber daya uang mereka.

Sejarah yang Menggelisahkan

Pengalaman ini kemudian coba kami tularkan kepada santri kami yang belajar di Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta. Sebagai seorang pengajar Sejarah Kebudayaan Islam di tingkat Aliyah, penulis mencoba untuk memperkenalkan beberapa tulisan dan gagasan yang sama sekali berbeda dengan apa yang sering dipelajari pada umumnya di dalam sebuah mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

Kami meminta setiap santri untuk membaca dengan teliti dan menemukan gagasan yang hendak disampaikan, kemudian mulai dijelaskan secara lisan apa yang bisa didapatkan, dan kami terus mengulang sampai santri betul betul dapat memahami. 

Meskipun membutuhkan waktu yang tidak sebentar, akan tetapi hal ini dirasa bagian yang penting dan sering dilewatkan terkait bagaimana memaknai sebuah informasi sejarah yang sekiranya merupakan kejadian utama yang wajib dipahami.

Kami menggunakan beberapa teks seperti beberapa seri tulisan dari Buya Syafii Maarif yang merupakan produk asli didikan sekolah ini yang banyak menulis beberapa tulisan mengenai kondisi Arab modern saat ini yang penuh konflik dan keterkaitan sejarah masa lalu Islam dalam bukunya yang berjudul ‘Krisis Arab dan Masa Depan Dunia Islam’.

Kisah dalam buku ini memuat tentang kronik perselisihan yang terjadi di dalam internal kaum muslim dan hubungan keterkaitan konflik arab yang mereka pahami selama ini masih merupakan produk yang ditelurkan oleh peristiwa penting di masa Islam klasik.

Setelah itu kami mendapati bagaimana reaksi dan respon yang menarik ketika anak-anak mulai membaca tentang sejarah Islam dan peradabannya serta cara mereka menyampaikan sebuah gagasan tetang inti kisah kronik yang kami sajikan.

Respon yang kami dapat merupakan sebuah keresahan dan gelengan kepala tanda heran dengan betapa pengalaman sejarah Islam yang mereka dapatkan tidak seperti apa yang selama ini diketahuinya. Satu kata, Dissapointed.  

Terlebih sebuah amarah itu didapatkan karena sebuah perbedaan pandangan politik yang memecah belah umat Islam hingga saat ini dampaknya masih bisa kita rasakan. Konflik Syiah dan Sunni di Timur Tengah dan berbagai peperangan yang meluluh lantakan jazirah Arab yang disokong dukungan material senjata dari negara barat yang mempunyai kepentingan ekonomi dalam rangka memperturutkan hawa nafsu kekuasan dengan berbagai cara juga turut andil dalam menenggelamkan wajah Islam di mata

Sejarah Islam yang Dipahami

Sejarah Islam yang biasa memuat tentang kemunculan masa kejayaan dan keruntuhan sebuah dinasti tanpa pernah menyinggung secara komprehensif dan analitis terkait latar belakang dibalik setiap peristiwa yang terjadi. Perbedaan pandangan politik yang terwakili oleh berbagai mazhab yang mewarnai perjalanan setiap dinasti yang banyak besar berpengaruh dalam setiap kebijakan negara juga turut andil didalamnya.

Bagaimana cara menyampaikan sebuah informasi sejarah yang begitu banyak bukan hanya dihafalkan maupun sebagai tujuan guna menyelesaikan sebuah ujian akhir semester. Melainkan sebuah refleksi dari berbagai macam peristiwa yang terjadi dan menimbulkan sebuah kesadaran di dalam diri mereka sebagai seorang muslim yang akan melanjutkan perjalanan.

Keterputusan sejarah dan ilmu pengetahuan akan menjadi sebuah bencana bagi generasi kita saat ini karena mereka tidak memahami konteks peristiwa yang sebelumnya terjadi, juga memiliki dampak yang sangat penting dengan kehidupan kita sekarang. Oleh karena itu, diharapkan sejarah khususnya peradaban islam dapat menjadi sebuah jembatan penghubung antara ide-ide dan gagasan-gagasan ilmuwan muslim yang hebat di masa lalu kepada generasi sekarang. 

Seperti yang dikatakan oleh Kuntowijoyo, seorang ilmuwan besar sejarah UGM memaparkan bahwa sejarah pemikiran merupakan upaya menghubungkan antara ide tertentu pada satu pihak dan di pihak lain “kecenderungan” (drives) dan “kepentingan” (interest), serta faktor-faktor non-intelektual pada umumnya. Kemudian pula dalam sosiologi perorangan dan masyarakat pembentuk peradaban. Kemajuan dan kemunduran umat saat ini juga merupakan turut andil dari generasi sebelum kita. 

Keresahan mulai timbul setiap kali kami melakukan sebuah pembelajaran sejarah Islam di kelas, acapkali saya tumpahkan kepada salah satu rekan masjid yang bijaksana. Beliau selalu mengutip sebuah kalam Allah dalam surah Al Kahfi ayat 68 Wa kaifa taṣbiru 'alā mā lam tuḥiṭ bihī khubrā, dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?

Ayat ini menyatakan dengan tegas tentang bagaimana pentingnya sebuah pengetahuan guna memahami sebuah masalah yang menyatakan bagaimana kamu bisa bersabar bilamana kamu tidak tahu ilmu tentang nya. 

Kunci utamanya justru terletak disikap sabar. Sabar dalam hal ini kami maknai guna memahami sebuah pembelajaran sejarah adalah bagaimana menekuni sebuah rintangan yang tercermin dari setiap kisah yang didapat, kemudian berusaha untuk memahami setiap guncangan yang dapat dirasakan dalam kisah tersebut dan mulai mempelajari kembali maksud dibalik setiap kesusahan yang didapat selama ini.

Kuncinya adalah kesabaran dalam memahami konteks manusia pembelajar yang bukan hanya dinilai dari sejauh mana kognitif bekerja dalam menyimpan dan menyerap informasi, melainkan bagaimana kita mempergunakan informasi yang didapat untuk kemaslahatan diri maupun kelompok masyarakat yang lebih kompleks, mulitkultural dan sebagainya.

Dalam setiap keluh kesah yang kami dapati setiap pembelajaran tentang bagaimana peradaban Islam kita saat ini dan bagaimana pembelajaran yang sesuai guna merangsang nalar kritis santri guna memahami sebuah peristiwa dan terjadinya proses transfer ide atau gagasan yang tidak akan pernah terputus. Karena dari sebuah gagasan bisa muncul berbagai macam interpretasi baru dan upaya taktis guna mewujudkan masyarakat islam dan peradaban manusia yang lebih berilmu dan beradab.

Bukan justru malah menjadi justifikasi dan dalil pembenaran guna melakukan sebuah kerusakan di muka bumi dengan tindakan tanpa dasar dan dilandasi dengan sebuah kemarahan yang disebabkan oleh kebodohan dan ketidakmampuan diri dalam memaknai sebuah peristiwa sejarah. Dalam hal ini ilmu pengetahun sejarah.

Oleh karena itu kita sebagai kaum terdidik sudah seyogyanya mulai menjankan perintah Allah SWT dalam upaya mencari sebuah kesabaran dalam ilmu guna mendapatkan sebuah pemahaman dan memberikan pemahaman bagi setiap manusia.

Kesabaran dalam Memahami Sejarah

Orang yang belajar sejarah dan pernah membaca kroniknya belum tentu dapat memilik kemampuan dalam memahami apa hikmah yang didapatkan dan apa dampak yang bisa dirasakan setelah membaca kisah tersebut. Orang seperti ini seperti halnya mengenal apa itu tulisan dan dapat mengeja dengan baik tapi tidak memiliki kemampuan apa maksud dibalik kata demi kata yang sudah dieja selama ini.

Seperti laksana ia berada dalam sebuah kamar yang gelap gulita tanpa penerangan. Ia tidak akan mampu untuk menggunakan seluruh indera penglihatan yang di anugerah kan kepadanya. Meraba-raba sekelilingnya dan tertegun karena tidak tahu arah, celakalah orang seperti ini dan akan tersesat atau mendapat kecelakaan karena tidak melihat alam sekitarnya.

Amat besarlah faedahnya cahaya yang diberikan Allah kepada alam semesta ini. Cahaya atau Annur adalah sebuah pencerahan guna menerangi kegelapan yang menaungi dirinya. Seperti halnya ilmu pengetahuan yang Allah SWT ibaratkan dalam surat An Nur ayat 35 sebagai sebuah cahaya.

Ibnu `AbbasRA  berkata tentang ayat ini, “Inilah contoh bagi Nur Allah dan petunjuk-Nya yang berada dalam hati orang mukmin. Jika minyak lampu dapat bercahaya sendiri sebelum disentuh api, dan bila disentuh oleh api bertambah cemerlang cahayanya, maka seperti itu pula hati orang mukmin, dia selalu mendapat petunjuk dalam tindakannya sebelum dia diberi ilmu.

Ketika kita memahami pentingnya ilmu untuk bisa memahami sebuah peristiwa, terlebih mempelajari tentang kisah-kisah orang terdahulu, terutama refleksi bagi umat Muslim dalam melihat dirinya pada masa lalu dan masa kini. Maka kita akan mendapatkan sebuah pemahaman yang benar tentang alasan mengapa kita masih terus diberikan kesempatan seluas-luasnya oleh Allah SWT dalam mempergunakan setiap waktu yang sangat berharga dan sedikit dalam hidup kita untuk senantiasa menjadi seorang manusia pembelajar.

Saling tolong menolong dalam kebaikan dan mengingatkan dalam kebaikan. Dengan belajar dan berusaha, semoga Allah SWT senantiasa memberikan cahaya-Nya dalam setiap langkah kita menjalani tugas sebagai seorang muslim yang bertanggung jawab dalam menjalankan amanah-Nya sebagai wakil Allah di muka bumi.

 

Sumber

Ahmad Syafii Maarif. Krisis Arab dan Masa Depan dunia Islam. Maarif Institue: Yogyakarta.2017

Ahmet T. Kuru. Islam,Otoritarianisme dan Ketertinggalan.. Mizan:Jakarta.2019

Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Tiara Wacana :Yogyakarta.2004

 

Tags
5 Komentar
banner

2022-09-01 10:36:36

Farah Darwis

Luar biasa????????✨

banner

2022-09-01 19:17:51

Syahrudin Darwis

Wa kaifa taṣbiru 'alā mā lam tuḥiṭ bihī khubrā, dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?

banner

2022-09-01 19:17:53

Syahrudin Darwis

Wa kaifa taṣbiru 'alā mā lam tuḥiṭ bihī khubrā, dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?

banner

2022-09-01 19:17:54

Syahrudin Darwis

Wa kaifa taṣbiru 'alā mā lam tuḥiṭ bihī khubrā, dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?

banner

2022-09-24 18:01:20

Pengagummu

Tulisan yang membangun bahwa dengan memahami Sejarah memahami tentang proses kehidupan manusia di bumi

Tinggalkan Pesan

- Artikel Teropuler -

Nyala Muhammadiyah Hingga Akhir Hayat
Erik Tauvani Somae
Ahad, 29-5-2022
thumb
Saat Mata Buya Berkaca-kaca
Erik Tauvani Somae
Ahad, 19-12-2021
thumb
Kerja Sama Militer Indonesia dan Malaysia
Iqbal Suliansyah
Selasa, 27-12-2022
thumb
Percakapan Terakhir dengan Buya Syafii
Sidiq Wahyu Oktavianto
Sabtu, 28-5-2022
thumb
Buya Syafii, Kampung Halaman, dan Muhammadiyah
Erik Tauvani Somae
Senin, 16-5-2022
thumb
Kekerasan Seksual Menjadi Cambuk bagi Semua
Nizar Habibunnizar
Kamis, 6-1-2022
thumb
Pengalaman Seorang Anak Panah
Ahmad Syafii Maarif
Ahad, 21-11-2021
thumb
Cinta, Patah Hati, dan Jalaluddin Rumi
Muhammad Iqbal Kholidin
Ahad, 15-5-2022
thumb
Menjernihkan Kesalahpahaman Terhadap Buya Syafii Maarif
Robby Karman
Senin, 30-5-2022
thumb
Childfree dan Mengatur kelahiran dalam Islam
Nofra Khairon
Selasa, 18-1-2022
thumb
Kemenangan Muhammadiyah di Kandang Nahdlatul Ulama
Achmad Ainul Yaqin
Senin, 14-11-2022
thumb
BNPT dan Perang Melawan Terorisme
Iqbal Suliansyah
Selasa, 29-11-2022
thumb

Aku, Islam, dan Ilmu Pengetahuan: Sebuah Refleksi Sejarah

Aulia Fathurrahman Darwis Kamis, 1-9-2022 | - Dilihat: 98

banner

Oleh: Aulia Fathurrahman Darwis

Kemahsyuran peradaban Islam dewasa ini sudah banyak diakui dan mendapat apresiasi yang layak oleh berbagai peneliti baik di timur maupun di dunia barat. Kemajuan yang sudah dicapai oleh dinasti muslim mulai dari Umayah, Abbasiyah, Fatimiyah dan Utsmaniyah sudah barang tentu menjadi sebuah memori kolektif umat Islam seluruh dunia sekaligus momen terindah.

Adapun beberapa kelompok mulai menggunakan romantisisme sejarah guna melegitimasi tindakan yang bertujuan mewujudkan sebuah bentuk dinasti yang sama persis dengan yang mereka pahami dan diyakini sebagai bentuk terbaik peradaban. 

Pada waktu yang bersamaan juga, menafikkan fakta bahwa banyak pula konflik dan tindakan yang tidak bisa dibenarkan terjadi pada masa tersebut yang juga turut andil sebagai dalang kemunduran. Sehingga sebagian umat Islam lainnya pun juga memiliki kebingungan dan mulai berandai-andai apa yang salah dengan kehidupan kita saat ini. Seperti apa sebenarnya arti sebuah kemajuan bagi umat Islam. Kesalahpahaman yang terjadi membuat umat Islam belum mampu untuk bisa menentukan dengan apa dan bagaimana cara untuk kembali berjaya. 

Dan mulai bertanya mengapa kita belum bisa melepaskan diri dari belenggu kemunduran peradaban kita yang terhegemoni peradaban barat yang tangguh dan modern?. Guna menjelaskan kebingungan yang melanda umat Islam dewasa ini, Ahmet T. Kuru, seorang guru besar ilmu politik dan direktur Center for Islamic and Arabic Studies di San Diego University, menerangkan dalam bukunya "Islam, Otoritarianisme, dan ketertinggalan”.

Kuru menjelaskan beberapa faktor yang berpengaruh pada peradaban Muslim yang semula begitu hebat, terutama dalam segi pengembangan keilmuan, bahkan dijadikan sebagai rujukan Barat. Pada akhirnya menemukan sebuah pencerahan yang hasilnya seperti yang kita lihat saat ini justru mengalami masa dekadensi dan kemunduruan dalam peradaban. Meskipun dibeberapa aspek kemajuan yang dimaksudkan seperti sudah diluar batas. 

Kuru pun juga menjelaskan tentang bagaimana peradaban umat Islam mulai mengalami fase kejayaannya dalam bidang ilmu pengetahuan. Kuru kemudian memberikan kesimpulan dari karya bukunya tersebut dengan pernyataan bahwa penyebab kemunduran yang disebabkan menjauhnya umat Islam dari budaya ilmu itu sendiri justru dimulai ketika terjadinya sebuah perselingkuhan antara para ilmuwan Muslim dan pemerintahan guna membuat sebuah kebijaksanaan dalam kehidupan sosial politik.

Dalam konteks ini adalah bagaimana para ilmuwan yang dibelenggu untuk melayani kebutuhan dinasti dalam melanggengkan posisi pemerintahan, sehingga mulai tersingkirnya kelas filsuf dan ilmuwan serta berdirinya lembaga negara yang korup dan otoriter yang disebabkan oleh aliansi ulama dan negara yang berusaha melindungi legitimasi, hegemoni, status quo, dan sumber daya uang mereka.

Sejarah yang Menggelisahkan

Pengalaman ini kemudian coba kami tularkan kepada santri kami yang belajar di Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta. Sebagai seorang pengajar Sejarah Kebudayaan Islam di tingkat Aliyah, penulis mencoba untuk memperkenalkan beberapa tulisan dan gagasan yang sama sekali berbeda dengan apa yang sering dipelajari pada umumnya di dalam sebuah mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

Kami meminta setiap santri untuk membaca dengan teliti dan menemukan gagasan yang hendak disampaikan, kemudian mulai dijelaskan secara lisan apa yang bisa didapatkan, dan kami terus mengulang sampai santri betul betul dapat memahami. 

Meskipun membutuhkan waktu yang tidak sebentar, akan tetapi hal ini dirasa bagian yang penting dan sering dilewatkan terkait bagaimana memaknai sebuah informasi sejarah yang sekiranya merupakan kejadian utama yang wajib dipahami.

Kami menggunakan beberapa teks seperti beberapa seri tulisan dari Buya Syafii Maarif yang merupakan produk asli didikan sekolah ini yang banyak menulis beberapa tulisan mengenai kondisi Arab modern saat ini yang penuh konflik dan keterkaitan sejarah masa lalu Islam dalam bukunya yang berjudul ‘Krisis Arab dan Masa Depan Dunia Islam’.

Kisah dalam buku ini memuat tentang kronik perselisihan yang terjadi di dalam internal kaum muslim dan hubungan keterkaitan konflik arab yang mereka pahami selama ini masih merupakan produk yang ditelurkan oleh peristiwa penting di masa Islam klasik.

Setelah itu kami mendapati bagaimana reaksi dan respon yang menarik ketika anak-anak mulai membaca tentang sejarah Islam dan peradabannya serta cara mereka menyampaikan sebuah gagasan tetang inti kisah kronik yang kami sajikan.

Respon yang kami dapat merupakan sebuah keresahan dan gelengan kepala tanda heran dengan betapa pengalaman sejarah Islam yang mereka dapatkan tidak seperti apa yang selama ini diketahuinya. Satu kata, Dissapointed.  

Terlebih sebuah amarah itu didapatkan karena sebuah perbedaan pandangan politik yang memecah belah umat Islam hingga saat ini dampaknya masih bisa kita rasakan. Konflik Syiah dan Sunni di Timur Tengah dan berbagai peperangan yang meluluh lantakan jazirah Arab yang disokong dukungan material senjata dari negara barat yang mempunyai kepentingan ekonomi dalam rangka memperturutkan hawa nafsu kekuasan dengan berbagai cara juga turut andil dalam menenggelamkan wajah Islam di mata

Sejarah Islam yang Dipahami

Sejarah Islam yang biasa memuat tentang kemunculan masa kejayaan dan keruntuhan sebuah dinasti tanpa pernah menyinggung secara komprehensif dan analitis terkait latar belakang dibalik setiap peristiwa yang terjadi. Perbedaan pandangan politik yang terwakili oleh berbagai mazhab yang mewarnai perjalanan setiap dinasti yang banyak besar berpengaruh dalam setiap kebijakan negara juga turut andil didalamnya.

Bagaimana cara menyampaikan sebuah informasi sejarah yang begitu banyak bukan hanya dihafalkan maupun sebagai tujuan guna menyelesaikan sebuah ujian akhir semester. Melainkan sebuah refleksi dari berbagai macam peristiwa yang terjadi dan menimbulkan sebuah kesadaran di dalam diri mereka sebagai seorang muslim yang akan melanjutkan perjalanan.

Keterputusan sejarah dan ilmu pengetahuan akan menjadi sebuah bencana bagi generasi kita saat ini karena mereka tidak memahami konteks peristiwa yang sebelumnya terjadi, juga memiliki dampak yang sangat penting dengan kehidupan kita sekarang. Oleh karena itu, diharapkan sejarah khususnya peradaban islam dapat menjadi sebuah jembatan penghubung antara ide-ide dan gagasan-gagasan ilmuwan muslim yang hebat di masa lalu kepada generasi sekarang. 

Seperti yang dikatakan oleh Kuntowijoyo, seorang ilmuwan besar sejarah UGM memaparkan bahwa sejarah pemikiran merupakan upaya menghubungkan antara ide tertentu pada satu pihak dan di pihak lain “kecenderungan” (drives) dan “kepentingan” (interest), serta faktor-faktor non-intelektual pada umumnya. Kemudian pula dalam sosiologi perorangan dan masyarakat pembentuk peradaban. Kemajuan dan kemunduran umat saat ini juga merupakan turut andil dari generasi sebelum kita. 

Keresahan mulai timbul setiap kali kami melakukan sebuah pembelajaran sejarah Islam di kelas, acapkali saya tumpahkan kepada salah satu rekan masjid yang bijaksana. Beliau selalu mengutip sebuah kalam Allah dalam surah Al Kahfi ayat 68 Wa kaifa taṣbiru 'alā mā lam tuḥiṭ bihī khubrā, dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?

Ayat ini menyatakan dengan tegas tentang bagaimana pentingnya sebuah pengetahuan guna memahami sebuah masalah yang menyatakan bagaimana kamu bisa bersabar bilamana kamu tidak tahu ilmu tentang nya. 

Kunci utamanya justru terletak disikap sabar. Sabar dalam hal ini kami maknai guna memahami sebuah pembelajaran sejarah adalah bagaimana menekuni sebuah rintangan yang tercermin dari setiap kisah yang didapat, kemudian berusaha untuk memahami setiap guncangan yang dapat dirasakan dalam kisah tersebut dan mulai mempelajari kembali maksud dibalik setiap kesusahan yang didapat selama ini.

Kuncinya adalah kesabaran dalam memahami konteks manusia pembelajar yang bukan hanya dinilai dari sejauh mana kognitif bekerja dalam menyimpan dan menyerap informasi, melainkan bagaimana kita mempergunakan informasi yang didapat untuk kemaslahatan diri maupun kelompok masyarakat yang lebih kompleks, mulitkultural dan sebagainya.

Dalam setiap keluh kesah yang kami dapati setiap pembelajaran tentang bagaimana peradaban Islam kita saat ini dan bagaimana pembelajaran yang sesuai guna merangsang nalar kritis santri guna memahami sebuah peristiwa dan terjadinya proses transfer ide atau gagasan yang tidak akan pernah terputus. Karena dari sebuah gagasan bisa muncul berbagai macam interpretasi baru dan upaya taktis guna mewujudkan masyarakat islam dan peradaban manusia yang lebih berilmu dan beradab.

Bukan justru malah menjadi justifikasi dan dalil pembenaran guna melakukan sebuah kerusakan di muka bumi dengan tindakan tanpa dasar dan dilandasi dengan sebuah kemarahan yang disebabkan oleh kebodohan dan ketidakmampuan diri dalam memaknai sebuah peristiwa sejarah. Dalam hal ini ilmu pengetahun sejarah.

Oleh karena itu kita sebagai kaum terdidik sudah seyogyanya mulai menjankan perintah Allah SWT dalam upaya mencari sebuah kesabaran dalam ilmu guna mendapatkan sebuah pemahaman dan memberikan pemahaman bagi setiap manusia.

Kesabaran dalam Memahami Sejarah

Orang yang belajar sejarah dan pernah membaca kroniknya belum tentu dapat memilik kemampuan dalam memahami apa hikmah yang didapatkan dan apa dampak yang bisa dirasakan setelah membaca kisah tersebut. Orang seperti ini seperti halnya mengenal apa itu tulisan dan dapat mengeja dengan baik tapi tidak memiliki kemampuan apa maksud dibalik kata demi kata yang sudah dieja selama ini.

Seperti laksana ia berada dalam sebuah kamar yang gelap gulita tanpa penerangan. Ia tidak akan mampu untuk menggunakan seluruh indera penglihatan yang di anugerah kan kepadanya. Meraba-raba sekelilingnya dan tertegun karena tidak tahu arah, celakalah orang seperti ini dan akan tersesat atau mendapat kecelakaan karena tidak melihat alam sekitarnya.

Amat besarlah faedahnya cahaya yang diberikan Allah kepada alam semesta ini. Cahaya atau Annur adalah sebuah pencerahan guna menerangi kegelapan yang menaungi dirinya. Seperti halnya ilmu pengetahuan yang Allah SWT ibaratkan dalam surat An Nur ayat 35 sebagai sebuah cahaya.

Ibnu `AbbasRA  berkata tentang ayat ini, “Inilah contoh bagi Nur Allah dan petunjuk-Nya yang berada dalam hati orang mukmin. Jika minyak lampu dapat bercahaya sendiri sebelum disentuh api, dan bila disentuh oleh api bertambah cemerlang cahayanya, maka seperti itu pula hati orang mukmin, dia selalu mendapat petunjuk dalam tindakannya sebelum dia diberi ilmu.

Ketika kita memahami pentingnya ilmu untuk bisa memahami sebuah peristiwa, terlebih mempelajari tentang kisah-kisah orang terdahulu, terutama refleksi bagi umat Muslim dalam melihat dirinya pada masa lalu dan masa kini. Maka kita akan mendapatkan sebuah pemahaman yang benar tentang alasan mengapa kita masih terus diberikan kesempatan seluas-luasnya oleh Allah SWT dalam mempergunakan setiap waktu yang sangat berharga dan sedikit dalam hidup kita untuk senantiasa menjadi seorang manusia pembelajar.

Saling tolong menolong dalam kebaikan dan mengingatkan dalam kebaikan. Dengan belajar dan berusaha, semoga Allah SWT senantiasa memberikan cahaya-Nya dalam setiap langkah kita menjalani tugas sebagai seorang muslim yang bertanggung jawab dalam menjalankan amanah-Nya sebagai wakil Allah di muka bumi.

 

Sumber

Ahmad Syafii Maarif. Krisis Arab dan Masa Depan dunia Islam. Maarif Institue: Yogyakarta.2017

Ahmet T. Kuru. Islam,Otoritarianisme dan Ketertinggalan.. Mizan:Jakarta.2019

Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Tiara Wacana :Yogyakarta.2004

 

Tags
5 Komentar
banner

2022-09-01 10:36:36

Farah Darwis

Luar biasa????????✨

banner

2022-09-01 19:17:51

Syahrudin Darwis

Wa kaifa taṣbiru 'alā mā lam tuḥiṭ bihī khubrā, dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?

banner

2022-09-01 19:17:53

Syahrudin Darwis

Wa kaifa taṣbiru 'alā mā lam tuḥiṭ bihī khubrā, dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?

banner

2022-09-01 19:17:54

Syahrudin Darwis

Wa kaifa taṣbiru 'alā mā lam tuḥiṭ bihī khubrā, dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?

banner

2022-09-24 18:01:20

Pengagummu

Tulisan yang membangun bahwa dengan memahami Sejarah memahami tentang proses kehidupan manusia di bumi

Tinggalkan Pesan

Anakpanah.id adalah portal keislaman yang diresmikan di Yogyakarta pada 8 Agustus 2020 di bawah naungan Jaringan Anak Panah (JAP).
Ingin Donasi? Klik disini

Copyright © AnakPanah.ID All rights reserved.
Develop by KlonTech