• Berita
  • Pandangan
  • Inspirasi
  • Kajian
  • Perkaderan
  • Sastra
  • Khutbah
  • Resensi
  • Kirim Tulisan
  • Berita
  • Pandangan
  • Inspirasi
  • Kajian
  • Perkaderan
  • Sastra
  • Khutbah
  • Resensi
  • Kirim Tulisan
  • Donasi? Klik disini

Akhir Zaman dan Respons Umat Islam

Alfin Nur Ridwan Rabu, 25-1-2023 | - Dilihat: 34

banner

Oleh: Alfin Nur Ridwan

Belakangan ini jagat media sosial dibuat geger oleh sebuah postingan video berupa tanah pegunungan Arab yang menghijau. Mungkin informasi semacam ini memang bukan kali yang pertama, terlepas dari curah hujan yang memang cukup tinggi turun belakangan ini di Arab. Namun yang perlu untuk dibahas ialah respon seorang Muslim terhadap informasi tersebut.

Sebagai seorang Muslim, kita tahu tanda-tanda akhir zaman. Salah satunya yang disebutkan oleh Nabi Muhammad Saw ialah perihal menghijaunya tanah Arab yang yang tandus dan gersang.

Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Rasulullah bersabda, ”Tidak akan tiba hari kiamat hingga tanah Arab kembali hijau penuh dengan tumbuhan dan sungai-sungai.” (HR. Muslim)

Kutipan hadits ini tentu sudah familiar di telinga seorang Muslim. Maka bagaimana respon umat Islam? Dari beragam respon, yang akan dibahas di sini adalah sikap pesimisme akibta situasi zaman yang tidak menentu.

Aspek ibadah merupakan urusan seorang hamba dengan Sang Pencipta. Sujiwo Tejo menyebut bahwa ibadah merupakan urusan dapur masing-masing. Tetapi yang belakangan ini terjadi justru tak sedikit dari kaum muslim yang dengan dalih ingin memfokuskan diri tuk beribadah kepada Allah, namun justru luntur nilai-nilai Islam yang seharusnya terpancar dari dirinya kepada keluarga, teman, dan lingkungan sekitarnya.

Hidup Sekali, Hiduplah yang Berarti

Hidup ini penuh dengan misteri. Waktu terus berjalan dan tidak ada yang bisa memastikan apa yang bakal terjadi. Namun yang pasti ialah bahwa kita hanya sekali menjalani kehidupan di dunia yang fana ini. Sebuah perjalanan singkat sebelum benar-benar menghadapi kehidupan yang sejati nan abadi.

Ini sudah menjadi ketetapan Allah atas kita sebagai manusia untuk diberi waktu sejenak singgah di bumi sebagai wadah untuk menyiapkan bekal sebelum menuju tempat yang telah dijanjikan.

Tak satu manusia pun di muka bumi ini yang mengetahui pasti kapan waktunya Kiamat. Bahkan sekelas rasul yang menjadi manusia pilihan Allah dan malaikat yang sudah pasti taat pun tidak tahu pasti. Akan tetapi berita akan dekatnya hari akhir ini sudah mulai diberitakan sejak zaman Rasulullah dulu yang menandakan bahwa memang sejak kala itu dunia sebenarnya sudah di ambang fase-fase akhir zaman.

Tentunya berita akan datangnya hari akhir ini menjadi renungan tersendiri bagi siapapun yang mendengarnya sekaligus memberikan rasa was-was lebih dalam menjalani kehidupan.

Keliru jika berita akan tanda-tanda akhir zaman ini justru membuat patah semangat seorang muslim dalam menjalani hidup, memupuskan mimpi-mimpi besar di hari yang akan datang, merasa bahwa fokus hidup tidak harus lagi dibagi untuk hal-hal yang bersifat duniawi. Tentu ini tidak benar.

Sama hal nya dengan kematian, akhir zaman pun seharusnya dijadikan sebagai nasihat sekaligus pengingat bagi kita. Yang dengannya justru memotivasi diri untuk menjadi lebih baik, menjadi lebih bermanfaat, memaksimalkan waktu yang ada dan tentunya untuk kemudian bisa menjadi seorang muslim yang rahmatan lil ‘aalamin.

Menyadari waktu yang terus berputar dan bumi yang sudah menua, seharusnya menjadikan kita lebih giat dan semangat lagi dalam melakukan hubungan dengan sang pencipta sekaligus kiat juga dalam hubungan kita dengan sesama.

Kematian yang tak nentu kapan menghampiri dan juga dunia yang tak tau kapan kan tiba pada masa kehancurannya sudah barang tentu dijadikan sebagai pendorong bagi kita tuk senantiasa menjalankan kehidupan ini dengan nilai-nilai spirit Islam yang berlandaskan pada al-qur’an dan sunnah.

Sedari kita memperbaiki hubungan dengan Sang Khaliq, yang patutnya menjadi perhatian penting juga terkait bagaimana kita menjalani hidup di dunia ini. Menjalani hidup dengan memberikan arti serta kebermanfaatan bagi orang lain. Toh apa arti dari shalat jika sikap kita masih acuh tak acuh terhadap tetangga kita sendiri, apa arti sebuah puasa kita jika tetap saja masih banyak orang-orang kelaparan di luar sana, apa arti banyaknya jumlah hafalan al-Qur’an yang kita miliki jika kita masih sering berkata kotor. Ibadah-ibadah kita tentunya harus juga diiringi dengan bagaimana kita menjalani kehidupan yang sementara ini.

Bukankah memberi kebermanfaatan sendiri merupakan karakter seorang muslim sejati yang telah disebutkan dalam sebuah hadits riwayat Ahmad, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya”.

Maka, sudah barang tentu dengan menyadari kehidupan yang sementara, akhir zaman yang sudah menunjukkan tanda-tandanya, kita harus sebisa mungkin memaksimalkan setiap sisa-sisa nafas dalam kehidupan ini dengan semaksimal mungkin. Memberikan kesan kepada orang lain dan lingkungan sekitar entah dengan apapun itu yang tentunya memberi sedikit banyaknya kebermanfaatan.

Tags
0 Komentar

Tinggalkan Pesan

- Artikel Teropuler -

Nyala Muhammadiyah Hingga Akhir Hayat
Erik Tauvani Somae
Ahad, 29-5-2022
thumb
Saat Mata Buya Berkaca-kaca
Erik Tauvani Somae
Ahad, 19-12-2021
thumb
Kerja Sama Militer Indonesia dan Malaysia
Iqbal Suliansyah
Selasa, 27-12-2022
thumb
Percakapan Terakhir dengan Buya Syafii
Sidiq Wahyu Oktavianto
Sabtu, 28-5-2022
thumb
Buya Syafii, Kampung Halaman, dan Muhammadiyah
Erik Tauvani Somae
Senin, 16-5-2022
thumb
Kekerasan Seksual Menjadi Cambuk bagi Semua
Nizar Habibunnizar
Kamis, 6-1-2022
thumb
Pengalaman Seorang Anak Panah
Ahmad Syafii Maarif
Ahad, 21-11-2021
thumb
Cinta, Patah Hati, dan Jalaluddin Rumi
Muhammad Iqbal Kholidin
Ahad, 15-5-2022
thumb
Menjernihkan Kesalahpahaman Terhadap Buya Syafii Maarif
Robby Karman
Senin, 30-5-2022
thumb
BNPT dan Perang Melawan Terorisme
Iqbal Suliansyah
Selasa, 29-11-2022
thumb
Kemenangan Muhammadiyah di Kandang Nahdlatul Ulama
Achmad Ainul Yaqin
Senin, 14-11-2022
thumb
Childfree dan Mengatur kelahiran dalam Islam
Nofra Khairon
Selasa, 18-1-2022
thumb

Akhir Zaman dan Respons Umat Islam

Alfin Nur Ridwan Rabu, 25-1-2023 | - Dilihat: 34

banner

Oleh: Alfin Nur Ridwan

Belakangan ini jagat media sosial dibuat geger oleh sebuah postingan video berupa tanah pegunungan Arab yang menghijau. Mungkin informasi semacam ini memang bukan kali yang pertama, terlepas dari curah hujan yang memang cukup tinggi turun belakangan ini di Arab. Namun yang perlu untuk dibahas ialah respon seorang Muslim terhadap informasi tersebut.

Sebagai seorang Muslim, kita tahu tanda-tanda akhir zaman. Salah satunya yang disebutkan oleh Nabi Muhammad Saw ialah perihal menghijaunya tanah Arab yang yang tandus dan gersang.

Dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Rasulullah bersabda, ”Tidak akan tiba hari kiamat hingga tanah Arab kembali hijau penuh dengan tumbuhan dan sungai-sungai.” (HR. Muslim)

Kutipan hadits ini tentu sudah familiar di telinga seorang Muslim. Maka bagaimana respon umat Islam? Dari beragam respon, yang akan dibahas di sini adalah sikap pesimisme akibta situasi zaman yang tidak menentu.

Aspek ibadah merupakan urusan seorang hamba dengan Sang Pencipta. Sujiwo Tejo menyebut bahwa ibadah merupakan urusan dapur masing-masing. Tetapi yang belakangan ini terjadi justru tak sedikit dari kaum muslim yang dengan dalih ingin memfokuskan diri tuk beribadah kepada Allah, namun justru luntur nilai-nilai Islam yang seharusnya terpancar dari dirinya kepada keluarga, teman, dan lingkungan sekitarnya.

Hidup Sekali, Hiduplah yang Berarti

Hidup ini penuh dengan misteri. Waktu terus berjalan dan tidak ada yang bisa memastikan apa yang bakal terjadi. Namun yang pasti ialah bahwa kita hanya sekali menjalani kehidupan di dunia yang fana ini. Sebuah perjalanan singkat sebelum benar-benar menghadapi kehidupan yang sejati nan abadi.

Ini sudah menjadi ketetapan Allah atas kita sebagai manusia untuk diberi waktu sejenak singgah di bumi sebagai wadah untuk menyiapkan bekal sebelum menuju tempat yang telah dijanjikan.

Tak satu manusia pun di muka bumi ini yang mengetahui pasti kapan waktunya Kiamat. Bahkan sekelas rasul yang menjadi manusia pilihan Allah dan malaikat yang sudah pasti taat pun tidak tahu pasti. Akan tetapi berita akan dekatnya hari akhir ini sudah mulai diberitakan sejak zaman Rasulullah dulu yang menandakan bahwa memang sejak kala itu dunia sebenarnya sudah di ambang fase-fase akhir zaman.

Tentunya berita akan datangnya hari akhir ini menjadi renungan tersendiri bagi siapapun yang mendengarnya sekaligus memberikan rasa was-was lebih dalam menjalani kehidupan.

Keliru jika berita akan tanda-tanda akhir zaman ini justru membuat patah semangat seorang muslim dalam menjalani hidup, memupuskan mimpi-mimpi besar di hari yang akan datang, merasa bahwa fokus hidup tidak harus lagi dibagi untuk hal-hal yang bersifat duniawi. Tentu ini tidak benar.

Sama hal nya dengan kematian, akhir zaman pun seharusnya dijadikan sebagai nasihat sekaligus pengingat bagi kita. Yang dengannya justru memotivasi diri untuk menjadi lebih baik, menjadi lebih bermanfaat, memaksimalkan waktu yang ada dan tentunya untuk kemudian bisa menjadi seorang muslim yang rahmatan lil ‘aalamin.

Menyadari waktu yang terus berputar dan bumi yang sudah menua, seharusnya menjadikan kita lebih giat dan semangat lagi dalam melakukan hubungan dengan sang pencipta sekaligus kiat juga dalam hubungan kita dengan sesama.

Kematian yang tak nentu kapan menghampiri dan juga dunia yang tak tau kapan kan tiba pada masa kehancurannya sudah barang tentu dijadikan sebagai pendorong bagi kita tuk senantiasa menjalankan kehidupan ini dengan nilai-nilai spirit Islam yang berlandaskan pada al-qur’an dan sunnah.

Sedari kita memperbaiki hubungan dengan Sang Khaliq, yang patutnya menjadi perhatian penting juga terkait bagaimana kita menjalani hidup di dunia ini. Menjalani hidup dengan memberikan arti serta kebermanfaatan bagi orang lain. Toh apa arti dari shalat jika sikap kita masih acuh tak acuh terhadap tetangga kita sendiri, apa arti sebuah puasa kita jika tetap saja masih banyak orang-orang kelaparan di luar sana, apa arti banyaknya jumlah hafalan al-Qur’an yang kita miliki jika kita masih sering berkata kotor. Ibadah-ibadah kita tentunya harus juga diiringi dengan bagaimana kita menjalani kehidupan yang sementara ini.

Bukankah memberi kebermanfaatan sendiri merupakan karakter seorang muslim sejati yang telah disebutkan dalam sebuah hadits riwayat Ahmad, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya”.

Maka, sudah barang tentu dengan menyadari kehidupan yang sementara, akhir zaman yang sudah menunjukkan tanda-tandanya, kita harus sebisa mungkin memaksimalkan setiap sisa-sisa nafas dalam kehidupan ini dengan semaksimal mungkin. Memberikan kesan kepada orang lain dan lingkungan sekitar entah dengan apapun itu yang tentunya memberi sedikit banyaknya kebermanfaatan.

Tags
0 Komentar

Tinggalkan Pesan

Anakpanah.id adalah portal keislaman yang diresmikan di Yogyakarta pada 8 Agustus 2020 di bawah naungan Jaringan Anak Panah (JAP).
Ingin Donasi? Klik disini

Copyright © AnakPanah.ID All rights reserved.
Develop by KlonTech