Loading Now

Michel Foucault dan Kekuasaan

Michel Foucault dan Kekuasaan - AnakPanah.id

Kekuasaan selalu menjadi subjek diskusi yang menarik. Hal ini sudah ada sejak zaman Yunani kuno dan terus berlanjut sampai saat ini. Kebaikan, kebajikan, keadilan, dan kebebasan biasanya dikaitkan erat dengan kekuasaan oleh para filsuf klasik. Kekuasaan itu dikaitkan dengan Tuhan, Menurut para pemerhati agama Kekuasaan politik hanya dapat digunakan untuk mengabdikan diri pada tujuan negara yang dianggap agung dan mulia, yaitu kebaikan, kebajikan, keadilan, dan kebebasan, yang didasarkan pada kehendak Tuhan dan untuk kemuliaannya.

Kekuasaan masih menjadi subjek percakapan di abad modern dan kontemporer. Pengelolaan kekuasaan terus diperbarui di seluruh dunia. Kekuasaan selalu penting, terutama ketika manusia terus mencari cara untuk menyeimbangkan kekuasaan. Keamanan internasional akan otomatis dijamin jika kekuatan dibagi dengan seimbang. Semua negara menginginkan keseimbangan kekuasaan. Ini penting saat kekuatan bersenjata dan militerisme antarnegara seolah-olah menjadi sangat kompetitif dan mengkhawatirkan perang. Jika konsep kekuasaan diubah, penindasan dan perlakuan tidak adil akan berkurang dengan sendirinya. Tatanan Dunia yang diantisipasi adalah keseimbangan kekuasaan.

Dalam beberapa decade yang lalu seorang filsuf Prancis yakni Michel Foucault sosok pelopor strukturalisme berbicara mengenai kekuasaan. Konsep tersebut dipengaruhi oleh seorang filsuf yang Bernama Nietszsche. Dalam pandangan Foucault filsafat politik tradisional selalu berorientasi pada legitimasi. Kekuasaan adalah sesuatu yang dilegitimasikan secara metafisis kepada negara yang memungkinkan negara dapat mewajibkan semua orang untuk mematuhinya. Akantetapi bagi Foucault kekuasaan merupakan dimensi dan relasi, ketika ada relasi disitulah ada kekuasaan.

Michel Foucult sebenarnya ini memberitahu bahwa setiap manusia adalah bagian dari mekanisme kekuasaan tersebut. Dengan hal tersebut kesadaran akan melahirkan kesanggupan untuk menggunakan kekuasaan dengan sebaik-baiknya dalam artian untuk kepentingan orang banyak. Kadangkala banyak manusia atau penguasa tidak menyadari perannya dalam peta kekuasaan. Akibat dari ketidaksadaran tersebut akan muncul berbagai tindakan yang bersifat menindas. Dalam tulisan ini penulis ingin sedikit membahas mengenai konsep kekuasaan dalam pandangan Michel Foucault sebagai wacana keilmuan dan semoga mampu melihat sesuatu tidak hanya secara fakta hari ini tetapi melihat kebelakang bagaimana sejarah itu berlangsung.

Sekilas Biografi Michel Foucault

Michel Foucault memiliki nama panjang Paul Michel Foucault ia lahir di Pioters Prancis pada 15 Oktober 1926. Ayahnya seorang ahli bedah sekaligus guru besar dalam bidang anatomi di sekolah kedokteran dan ibunya seorang dokter bedah. Karenannya ia diharapkan mengikuti jejak karir ayahnya tapi Michel Foucault lebih tertarik pada Sejarah, filsafat, dan psikologi daripada kedokteran. Foucault tumbuh besar pada iklim keluarga yang sangat peduli pada Pendidikan, keluargannya memiliki budaya menjadi nilai-nilai tradisi lebih kurat dibanding nilai agama dalam pendidikan keluargannya.

Semasa kecilnya Foucault mengalami ketakutan akan datangnya musuh-musuh yang akan menghancurkan kotanya. Semasa di Pointier peswat terbang jerman melayang rendang terbang mengitari kota untuk mencari target sasaran stasiun-stasiun kereta api. Kota tersebut merupakan kota yang berada pada pengawasan Jerman semasa itu. Tepat tahun 1943 Foucault lulus dari collage kemudian meneruskan jenjang pendidikannya ke Ecole Normale Superieure guna mempelajari lebih dalam mengenai sastra dan sejarah. Ecole Normale merupakan sekolah yang menampung anak-anak jenius di Prancis. Semasa sekolah Foucault terlihat bakat-bakat kecerdasan yang ia miliki. Kemudian di tahun 1955 beliau bekerja sebagai instruktur Perancis di Upsalla, Swedia. Dilokasi yang sama beliau mengabdikan dirinya dalam perpustakaan guna meneliti karya-karya kedokteran dari abad 16 hingga abad 20. Ditahun 1984 Foucault meninggal disebabkan penyakit yang menggerogoti tubuhnya yakni AIDs, Meski ia tidak mengetahui apa yang menjadi penyebab AIDS bisa menimpa dirinya.

Konsep Kekuasaan Michel Foucault

Berbicara mengenai kekuasaan Focault dalam melontarkan gagasannya menggunakan gagasan orang lain sebagai bahan, akan tetapi selalu diolah dan diuraikan serta dimasukkan secara inovatid dalam bangunan konsep yang dimilikinya. Ia terinspirasi dari Nietzshe tentang kekuasaan sebagai basis reflektif kebudayaan dan filosofisnya. Kekuasaan merupakan sesuatu yang terligitimasi secara metafisis kepada suatu negara yang memungkinkan negara bisa mewajibkan seluruh rakyatnya untuk bisa mematuhinya. Akantetapi bagi Foucault kekuasaan bukan sesuatu yang hanya dikuasai oleh negara semata atau sesuatu yang mudah diukur. Baginya kekuasaan itu berada Dimana-mana, kekuasaan merupakan suatu dimensi dan relasi dalam pandangan Focault.

Dalam paradigma kuasa bagi Foucault terdapat beberapa pokok pikiran yakni, pertama Kuasa secara esensial muncul dari relasi antara berbagai kekuatan. Kedua, kuasa dapat menyebar Dimana-mana dan tidak dapat dilokasikan, baginya dimana ada struktur dan relasi antar manusia disanalah terdapat kuasa. Ketiga, kuasa dapat dilihat sebagai mekanisme atau strategi yang bisa memberikan penekana pada praktik dan fungsinya pada bidang tertentu. Keempat, kuasa dan pengetahuan berkaitan sangat erat, tanpa adanya praktik kuasa pengetahuan susah didefinisikan dan tak berbentuk juga tidak memiliki pegangan dalam obyektivitas. Kelima, Kuasa seringkai muncul dari bawah dan secara esensial tidak memiliki daya represif. Keenam, dimana ada kuasa disitulah terdapat resistensi akantetapi, resistensi tidak pernah ada dalam posisi eksterior dalam hubungan dengan kuasa.

Dominasi atas kekuasaan bisa dilihat juga pada analisis atas tema seksualitas. Bagi Foucault seksualitas adalah upaya pengalihan pemahaman tentang kekuasaan. Ia menunjukkan hubungan antara seksualitas dan kekuasaan dalam pengakuasn dosa dalam agama Kristen atas prilaku manusia yang menyimpang. Yang menjadi pendengar atas pengakuan dosa adalah para ilmuwan dan para psikiater, psikiater menjadi penentu normal mengenai apa yang dianggap sebagai patologis dalam prilaku seksual. Dengan menunjukkan hubungan antara seksualitas dan kekuasaan ia menggarisbawahi tesis dasarnya bahwa kekuasaan itu berada dimana-mana. Kekuasaan berupaya mengadministrasi tubuh dan mengatur kehidupan privasi seseorang. Tema kuasa yang telah dibahas dikemas secara khusus oleh Foucalut dalam bukunya yang berjudul Discipline and Punish: The Birth of the Prison dan The Historiy of Sexuality. Foucault tidak pernah memberikan definisi bagi kata kuasa yang literer karena baginya tidak begitu penting. Yang jauh lebih penting baginya adalah bagaimana kuasa itu mampu dipraktikkan dalam kehidupan pribadi dan komunikasi antar sesame manusia.

Catatan Penutup Akhir

Michel Foucault merupakan sosok pemikir yang spektakuler, pikiran yang disumbangkan dalam bidang kebudayaan, filsafat, sosial politik dan kekuasaan memberikan sumbangsih yang cukuo besar bagi dunia intelektual. Salah satu gagasan besarnya dalam bidang filsafat politik adalah konsep tentang kekuasaan. Bagi Foucault sebagaimana penulis paparkan diatas kekuasaan bukan sesuatu yang hanya dimiliki negara akantetapi kekuasaan berada dimana-mana dalam artian kekuasaan itu berhubungan erat dengan relasi, dimana ada relasi disitulah terdapat kekuasaan. Itulah yang menjadi ke khasan dari pikirannya mengenai kekuasaan ia tidak banyak menguraikan apa makna kuasa tetapi menjelaskan bagaimana kuasa itu berfungsi pada bidang tertentu. Pada bidang politik dan pemerintahan dirinya memberikan pemikiran baru dari sekian teori yang sangat cerdas meneliti Sejarah bagaimana warga negara secara individu bisa patuh terhadap konstitusi dan hukum. Foucault adalah sosok tokoh penting yang pernah hidup bagi dunia filsafat.

Daftar Pustaka

Afandi, A. K. (2012). Konsep Kekuasaan Michel Faucault. Teosofi: Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam, 2(1), 131-149.

Hutagalung, D. (2004). Hegemoni, Kekuasaan, dan Ideologi. Jurnal Pemikiran Sosial, Politik dan Hak Asasi Manusia, 74, 1-17.

Kebung, K. (2017). Membaca ‘kuasa’michel foucault dalam konteks ‘kekuasaan’di indonesia. Melintas, 33(1), 34-51.

Syafiuddin, A. (2018). Pengaruh Kekuasaan Atas Pengetahuan (Memahami Teori Relasi Kuasa Michel Foucault). Refleksi Jurnal Filsafat dan Pemikiran Islam, 18(2), 141-155.

Post Comment

Copyright ©2025 anakpanah.id All rights reserved.
Develop by KlonTech