Muda Mendunia dan Islami
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta perguruan tinggi swasta terbaik pertama di Yogyakarta dan se-Jawa Tengah memiliki tagline muda mendunia unggul dan Islami, tidak heran jika dari segala aspek dipersiapkan untuk mencetak lulusan yang profesional sesuai dengan bidangnya dan berasaskan nilai-nilai Islam.
Salah satunya program studi komunikasi dan penyiaran Islam menggelar praktek table manner yang difasilitasi oleh mata kuliah praktek profesi komunikasi sebagai upaya mempersiapkan calon lulusan yang profesional dalam bidang komunikasi dan dakwah Islam.
Pada senin lalu (26/06/2023) mata kuliah yang diampuh oleh Rhafidilla Vebrynda, M.I.Kom. digelar di hotel The Manohara Hotel Yogyakarta. Tepat pukul 09.00 WIB acara ini mulai dibuka dengan semarak mengucapkan basmalah oleh seluruh hadirin.
Pak Bima selaku pemateri dan pemandu praktek mengenai table manner membukanya dengan kalimat “untuk kesekian kalinya, saya bertemu dengan teman-teman dari UMY dan senang sekali rasanya bersua kembali” meninjau dari kata-kata beliau ini bahwa benar UMY memang sangat memerhatikan pelatihan-pelatihan dan untuk mahasiswanya.
Dilontarkan kalimat berikutnya mengenai bahwa table manner tidak hanya mengenai etika bersikap dalam meja tetapi juga dijelaskan bagaimana cara untuk bersikap, duduk, memulai obrolan ketika berada dalam situasi yang formal. Dimulai dengan fungsi alat makan yang sudah tersedia rapi atas meja, cara menggunakan, serta aturan pemakaian alat tersebut.
Ujar Pak Bima ilmu mengenai table manner adalah salah ilmu yang pengembangannya yang sangat cepat dalam setiap harinya, ia juga menjelaskan bahwa kiblat dari ilmu ini berasal dari kehidupan para bangsawan di Perancis hingga menjadi menjadi hal penting yang harus di terapkan saat menghadiri jamuan formal dan kini sudah ditetapkan sebagai standar internasional perihal perjamuan.
Disampaikan juga ini hanya standar saja, sebagai umat Islam kita masih tetap menggunakan tangan kanan sesuai dengan sunnah rasulullah yang di riwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Umar bin Abi Salamah radhiallahu’anhum:
“Waktu aku masih kecil dan berada di bawah asuhan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tanganku bersileweran di nampan saat makan. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai Ghulam, bacalah Bismilillah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu.” Maka seperti itulah cara makanku setelah itu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Selain makan, menggunakan tangan kanan juga berlaku ketika minum. Hal ini berdasarkan hadits dari Ibnu Umar radhiallahu’anhuma yang telah diriwayatkan oleh Imam Muslim berikut:
“Jika seseorang dari kalian makan maka makanlah dengan tangan kanannya dan jika minum maka minumlah dengan tangan kanannya. Karena setan makan dan minum dengan tangan kirinya.” (HR. Muslim).
Sama sekali tidak menutup kemungkinan walaupun kiblat ilmu ini bersal dari negara bukan Islam kita sebagai umatnya masih bisa makan menggunakan tangan kanan bisa tetap dilakukan asal mengikuti aturan yang sudah ada.
Bukan hanya itu banyak hal mengenai aturan ilmu yang tidak sesuai dengan Islam juga diajarkan dan bagaimana kita menyikapi dan menanggapinya dengan sopan tanpa menyinggung pihak tertentu seperti halnya, menolak minum minuman beralkohol dan semua ada dalam panduan yang sudah disediakan ujarnya.
Menarik dalam kegiatan ini adalah bahwa sesi diskusi atau tanya jawab dilakukan dengan sangat interaktif, tidak ada batasan antara pembicara dengan hadirin ketika merasa perlu berbagi ilmu dan saling mengingatkan. Dibantu dengan pelayanan dari pihak manohara yang tampak dengan ramah membantu menjawab pertanyaan dan memperagakan penggunaan alat makan. Detail dan sangat ukurat ilmu dan informasi yang didapatkan hadirin dari pak Bima.
Sebagai penutup banyak sekali standar untuk menjadi seorang profesional dalam lingkup internasional tapi tidak menutup kemungkinan nilai Islam tetap menjadi pegangan utama dalam menjalaninya. Perlu diingat Islam menempatkan bekerja sebagai ibadah untuk mencari rezeki dari Allah guna menutupi kebutuhan hidupnya.
Bekerja untuk mendapatkan rezeki yang halalan thayiban termasuk kedalam jihad di jalan Allah yang nilainya sejajar dengan melaksanakan rukun Islam. Dengan demikian bekerja adalah ibadah dan menjadi kebutuhan setiap umat manusia. Bekerja yang baik adalah wajib sifatnya dalam Islam.
Post Comment