Ruang Ekspresi Anak Muda Muhammadiyah
Dalam era kekinian, gerakan sosial apapun dan di manapun ditantang untuk bergerak cepat dan adaptif. Terlebih gerakan sosial keagamaan yang kian lama kian banyak jumlahnya. Demikian pula dengan Muhammadiyah. Saat ini, Muhammadiyah semakin tertantang dengan berbagai hal baru di era post-truth.
Ruh gerakan yang mulanya dimobilisasi oleh seorang anak muda Kauman, Ahmad Dahlan, sepulang dari Mekkah 108 tahun lalu bertekad bulat mendirikan organisasi ini. Organisasi yang bisa dikatakan sebagai organisasi tertua di republik ini. Semangat modernitas yang menjadi nafas panjang Muhammadiyah mampu membawanya melampaui zaman, ghirah pembaharuan yang bersifat dinamis.
Lantas, apakah Muhammadiyah sudah benar-benar mampu mengoptimalkan segala ini di zaman ini? Terlebih di tengah pandemi, di mana jihad digital semakin diuji kekuatan dan kreativitasnya. Begitu besar dan bermacam-macamnya generasi yang ada di dalam tubuh Muhammadiyah, tetaplah ruh organisasi ini tidak terlepas dari nafas generasi yang paling muda, generasi Z.
Dilansir dari tirto.id (28 April 2017) bahwa generasi ini adalah mereka yang lahir 1995 hingga 2014 – generasi internet, sudah menikmati keajaiban teknologi usai kelahiran internet. Bicara hari ini, apakah generasi Z Muhammadiyah sudah turut bergeliat di ruang-ruang dakwah Muhammadiyah yang ingin mencerahkan semesta dengan semangat Islam berkemajuan.
Gerakan-gerakan kekinian menguji kita semua, bahkan saya sendiri sebagai generasi Z untuk ikut andil dalam membesarkan Muhammadiyah. Mendakwahkan nilai-nilai Islam dengan gembira dan menyentuh semua kalangan, baik di dalam maupun luar Muhammadiyah. Kader Muhammadiyah memang beribu-ribu, mengingat masifnya lembaga-lembaga pendidikan yang dirintis Muhammadiyah dari TK hingga universitas.
Namun, saya yakin tidak semuanya menjadi bagian dalam gerakan dakwah Muhammadiyah selain hanya menyelesaikan jenjang pendidikan yang dilaluinya. Tidak mengapa, justru keadaan ini seharusnya menambah keoptimisan kita semua bahwa lahan dakwah Muhammadiyah sangat luas. Menyentuh siapa saja. Tapi ternyata massa dakwah tidak hanya terbatas pada jangkauan fisik, melainkan sangat luas di dunia digital.
Re-klaim Gerakan
Tajdid Gerakan tajdid atau semangat pembaharuan, inovasi, restorasi, dan modernisasi yang sejak awal menjadi nafas Muhammadiyah saat kelahirannya. Gerakan yang tidak hanya dilakukan dari masjid ke masjid, namun juga seharusnya bisa merangsek dunia digital yang semakin ketat persaingannya. Di Era Revolusi Industri 4.0 internet dan digitalisasi menjadi sebuah penanda yang sangat berbeda dari era-era sebelumnya.
Dilansir dari nasional.kompas.com (16 Desember 2018) bahwa generasi Z masih banyak yang belum mengapresiasi kiprah Muhammadiyah, mereka memilih untuk merujuk kepada mereka yang dianggap tampil lebih segar, baik secara tampilan fisik maupun kemasan dakwahnya. Dunia digital tidak bisa dianggap remeh, maka gerakan tajdid yang sangat penting ini perlu dikemas ulang menyelaraskan dengan perkembangan zaman.
Media sosial dan platform digital adalah ciri khas yang menggambarkan generasi Z. Seperti kata Blakley dalam wawancaranya dengan Forbes, “Generasi ini paling berpengaruh, unik, beragam dan memiliki intuitif digital.” Gerakan dakwah Muhammadiyah masih tertinggal jauh, salah satu cara sederhana adalah membandingkan dengan akun dakwah organisasi lain maupun akun personal para pendakwah.
Akun instagram resmi Muhammadiyah @lensamu hanya memiliki 162k followers, sementara akun lainnya seperti @persyarikan_Muhammadiyah memiliki 55,6k followers dan @ppipm memiliki 35,3k followers. Jauh dengan Nahdlatul Ulama (NU) @nahdlatululama memiliki 1,6 juta followers dan @ppipnu 48k. Padahal 1-2 tahun lalu @ppipm dan @ppipnu masih saling berkejaran. Maka, terlihat jika Muhammadiyah masih belum lihai dan gesit dalam bergerak di ranah ini.
Sesuatu yang Dekat dengan Generasi Z
Di balik ketertinggalan jumlah followers pada akun-akun resmi Muhammadiyah, upaya kader Muhammadiyah juga patut diapresiasi dengan hadirnya ibtimes.id. Pak Din Syamsuddin menyebutnya sebagai “bayi berkemajuan”. Intelektual muda Muhammadiyah yang diiniasi oleh Azaki Khoirudin, Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) periode 2014-2016 memiliki gelora yang tinggi. Bahkan kanal-kanal yang diinisiasi anak muda Muhammadiyah turut bermunculan, seperti anakpanah.id, kalimahsawa.id, rahma.id, dan lain sebagainya.
Gerakan digital yang menghimpun nafas intelektual antar generasi Muhammadiyah ini perlu ditancap gas kencang-kencang setiap detik. Saya lihat mulai banyak penulis muda yang bermunculan dari kalangan kader Muhammadiyah. Namun tetap, kita perlu lebih pintar lagi mencari celah dan mengerti apa yang benar-benar dekat dengan generasi Z. Corong terluar dan paling muda yang nantinya akan melanjutkan estafet kepemimpinan di Muhammadiyah.
Generasi Z lahir dengan berbagai macam potensi yang bukan main-main. Kita perlu lebih cair dalam menghadirkan ruang interaksi, baik nyata maupun virtual. Anak muda Muhammadiyah tidak hanya bergerak dalam ruang intelektual, tidak semuanya bergerak dalam dunia sains atau pun akademik, dan tidak semuanya berkarya dengan menulis.
Beberapa hal yang sangat dekat dengan generasi Z di antaranya volunterisme dan filantropisme. Lazismu dan MDMC sebagai corong dari Muhammadiyah semoga terus melanjutkan spirik otentik ini sehingga mampu merangkul generasi-generasi muda dengan pendekatan yang lebih populer dan menggembirakan.
Melekatkan gerakan Muhammadiyah dengan generasi Z maupun masyarakat pada umumnya menjadi PR besar yang harus terus digali setiap hari. Mengapa masih sedikit yang meretweet konten-konten twitter di akun resmi Muhammadiyah? Di mana kader mudanya yang katanya beribu jumlahnya? Masih banyak pertanyaan yang perlu kita jawab bersama-sama. Sebab menyedot perhatian publik dalam skala luas dengan gerakan kekinian juga dengan tetap membawa narasi kebaikan yang tetap sejalan dengan agama harus terus dilakukan.
Selain itu, supaya apa yang diperjuangkan Muhammadiyah bisa terus dirasakan dan dilanjutkan estafetnya oleh generasi Z pada waktu nanti. Tanpa melunturkan ideologi Muhammadiyah itu sendiri. Arena-arena yang menarik dan menggembirakan bisa mulai dilakukan dengan memberikan akses dan ruang bagi generasi Z atau anak muda untuk membentuk „ruang interaksi dan kreasi‟ mereka sendiri.
Selama ini ruang yang ada masih kaku dan kurang luwes, desain kantoran dan ruang rapat yang seringkali menghambat inspirasi. Sudah saatnya, kebebasan berekspresi dan masifikasi ruang interaksi dibuka lebar-lebar bagi kader muda Muhammadiyah. Bahkan kalau bisa terdapat ruang publik yang tidak eksklusif hanya untuk Muhammadiyah saja, melainkan bisa menjadi ruang bersama yang bisa didatangi semua kalangan.
Meskipun inti dari Muhammadiyah dipimpin oleh orang-orang tua, eksistensi generasi yang muda juga tetap ada. Memperluas kebaikan, untuk amar ma’ruf nahi munkar. Jargon yang terus didengungkan. Akhir kata, bersinar selalu, Muhammadiyah!
_____
Penulis adalah Direktur Lembaga Media dan Komunikasi Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah periode 2021-2023
Bagikan artikel ini :


Post Comment